Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan mengimbau agar masyarakat waspada terhadap kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis, khususnya pada saat peralihan musim kemarau ke musim hujan seperti saat ini.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lamongan, dr. Mafidhatul laely menyebutkan bahwa hingga Oktober 2024 mencatat ada sebanyak 553 kasus DBD.
"Kasus DBD tertinggi terdapat di dua kecamatan, yakni Karangbinangun dan Mantup, masing-masing sebanyak 43 kasus. Semua pasien telah dirawat di RSM, RSUD, dan RSI,” ujarnya saat dikonfirmasi di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu.
Dengan tingginya kasus DBD, Ia mengimbau kepada masyarakat agar selalu menerapkan pola hidup bersih dengan prinsip 3 M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Fidha mengatakan bahwa selain DBD, penyakit lain yang perlu diwaspadai saat pergantian musim hujan adalah leptospirosis.
Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Leptospira dan menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
"Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa," jelasnya.
Namun, hingga saat ini Dinkes setempat belum menemukan kasus leptospirosis di Kabupaten Lamongan.
Meski begitu, Dinkes setempat tetap siaga dan menyiapkan langkah antisipasi, termasuk menyediakan Rapid Diagnostic Test (RDT) guna mempercepat proses diagnosis.
“Kami juga akan melakukan penyelidikan epidemiologis jika ada laporan kasus, agar risiko penularan dapat segera diidentifikasi dan dikendalikan,” imbuh dr. Fidha.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Lamongan, dr. Mafidhatul laely menyebutkan bahwa hingga Oktober 2024 mencatat ada sebanyak 553 kasus DBD.
"Kasus DBD tertinggi terdapat di dua kecamatan, yakni Karangbinangun dan Mantup, masing-masing sebanyak 43 kasus. Semua pasien telah dirawat di RSM, RSUD, dan RSI,” ujarnya saat dikonfirmasi di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu.
Dengan tingginya kasus DBD, Ia mengimbau kepada masyarakat agar selalu menerapkan pola hidup bersih dengan prinsip 3 M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Fidha mengatakan bahwa selain DBD, penyakit lain yang perlu diwaspadai saat pergantian musim hujan adalah leptospirosis.
Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Leptospira dan menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
"Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa," jelasnya.
Namun, hingga saat ini Dinkes setempat belum menemukan kasus leptospirosis di Kabupaten Lamongan.
Meski begitu, Dinkes setempat tetap siaga dan menyiapkan langkah antisipasi, termasuk menyediakan Rapid Diagnostic Test (RDT) guna mempercepat proses diagnosis.
“Kami juga akan melakukan penyelidikan epidemiologis jika ada laporan kasus, agar risiko penularan dapat segera diidentifikasi dan dikendalikan,” imbuh dr. Fidha.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024