Ngawi - Seorang siswi kelas 11 IPA 1 di salah satu SMA negeri di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu, mencoba bunuh diri dengan cara menyanyat urat nadi tangan kirinya dengan silet, namun nyawanya berhasil diselamatkan. Siswi tersebut adalah Arinda Rosa, warga Desa Keras, Kecamatan Geneng, Ngawi, yang diduga mengalami permasalahan dengan keluarganya hingga depresi. Aksi nekat tersebut dilakukan oleh Arinda di kamar mandi sekolahnya pada saat jam pelajaran masih berlangsung. Beruntung ada siswa lain yang mengetahui korban pingsan dengan pergelangan tangan berlumuran darah. Oleh gurunya, korban akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Widodo Ngawi untuk mendapatkan perawatan medis. Pihak sekolah juga langsung menghubungi keluarga korban atas kejadian ini. "Saya kaget saat dihubungi pihak sekolah jika Arinda mencoba bunuh diri. Selama ini tingkah laku yang bersangkutan tergolong baik-baik saja," ujar Paman korban, Suganda, saat berada di Rumah Sakit Widodo. Pihaknya juga tidak mengetahui apakah yang bersangkutan sedang menghadapi permasalahan dengan keluarganya atau tidak hingga nekat melakukan percobaan bunuh diri. Berdasarkan keterangan dari sejumlah guru sekolahnya, sebelum melakukan aksinya, Arinda meminta izin ke guru kelasnya untuk ke kamar mandi. Namun, lama yang bersangkutan tidak kembali ke kelas hingga terdengar kabar ia mencoba bunuh diri menyayat nadi tangan kirinya dengan silet. Pihak sekolah tidak bersedia memberikan komentar terkait kejadian yang dilakukan oleh salah satu siswinya tersebut. Berdasarkan informasi dari sejumlah siswa dan guru yang enggan disebutkan namanya, korban memang dikenal pendiam dan tertutup. Kini, korban masih menjalani perawatan intensif di ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Widodo Ngawi. Meski nyawanya berhasil tertolong, kondisi Arinda masih lemah karena kehilangan banyak darah. Sementara, praktisi Psikologi Universitas Merdeka Madiun, Zulin Nurchayati, menyatakan prihatin atas kejadian percobaan bunuh diri yang terjadi di masyarakat. Ia menilai, tindakan tersebut disebabkan karena mental pelaku yang tidak kuat menghadapi tantangan hidup. "Kondisi mental yang tidak kuat tersebut bisa dipengaruhi dari berbagai faktor, di antaranya karena tekanan atau depresi akibat ekonomi, moral, ataupun material. Selain itu, juga disebabkan karena kurangnya pengendalian mental pada saat yang bersangkutan berusia anak-anak," terang dosen pengampu Psikologi Komunikasi ini. Ia menjelaskan, pengendalian mental pada masa pertumbuhan atau anak-anak merupakan kunci sukses bagi seseorang dalam mengatasi berbagai masalah di masa hidupnya mendatang. "Karena itu, untuk mengurangi depresi, hendaknya orang-orang terdekat selalu memberikan dukungan mental agar yang bersangkutan bisa menerapi dirinya sendiri untuk bisa menerima masalah hidup yang dialaminya. Sehingga yang bersangkutan tidak memilih solusi instan atas masalah yang dihadapinya," kata Zulin.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012