Surabaya - Penetrasi asuransi di Indonesia sampai sekarang minim karena masih rendahnya keinginan masyarakat untuk memiliki produk asuransi.
"Sampai saat ini angka penetrasi asuransi di Indonesia hanya empat persen sedangkan di Malaysia penetrasinya lebih besar atau mencapai 11 persen," kata "Agency Sales Director of Commonwealth Life", David Ng, ditemui di Surabaya, Senin.
Menurut dia, rendahnya angka penetrasi asuransi di Tanah Air juga dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang kurang memahami pentingnya berasuransi.
"Padahal, asuransi tersebut sangat berguna untuk memproteksi diri sendiri dan keluarga," ujarnya.
Selain itu, ungkap dia, faktor penyebab minimnya minat pasar nasional untuk berasuransi juga dipicu oleh keterbatasan pendidikan asuransi di dalam negeri.
"Di negara lain seperti Jepang dan Korea, masyarakatnya sudah menanamkan pentingnya asuransi sebagai kebutuhan hidup kepada keturunan mereka sehingga banyak kalangan muda yang sudah menyisihkan dananya untuk asuransi," katanya.
Di tempat yang sama, "Chief of Product and Marketing Commonwealth Life", Lestari Budikentjono, menyebutkan, untuk menarik animo masyarakat menggunakan asuransi pihaknya gencar mengenalkan instrumen yang menggabungkan antara produk asuransi dan investasi "unit link".
"Pilihan 'unit link' tersebut karena kini produk itu menjadi tren di pasar nasional terutama sektor kesehatan. Kalau dulu, alasan orang berasuransi demi ahli waris sekarang beralih menjadi proteksi dan investasi," katanya.
Sementara itu, terkait belum membaiknya kondisi pasar modal saat ini, ia menargetkan, pada tahun 2012 imbal hasil "unit link" dapat mencapai melebihi empat persen.
"Salah satunya dengan memaksimalkan potensi produk 'Investra Link' yang kami tawarkan. Produk itu memberikan perlindungan asuransi jiwa dengan beragam pilihan investasi," katanya.
"Investra Link", contoh dia, berupa "Cash Fund Unit Link" yang menempatkan portofolio investasi pada instrumen pasar uang seperti deposito berjangka, surat utang jangka pendek. Ada pula "Fixed Income Unit Link" yakni "unit link" pendapatan tetap di mana komposisi dana investasi nasabah akan difokuskan minimal 80 persen di instrumen obligasi.
"Kami juga memiliki 'Managed Unit Link" atau 'unit link' pendapatan campuran yang biasanya menempatkan dana nasabah pada saham minimal 80 persen," katanya.
Di sisi lain, Presiden Direktur Commonwealth Life, Simon Bennet, melanjutkan, nasabah tidak perlu khawatir untuk menggunakan "unit link" karena perusahaannya proses klaim asuransi mudah dan tingkat pengembalian hasil investasi menjanjikan.
"Apalagi, kami didukung oleh tiga manajer investasi seperti First State Investment Indonesia, PT Scroders Investment Management Indonesia, dan BNP Paribas," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012