Calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa mendorong kampung produksi kopiah di kawasan Kemuteran, Kabupaten Gresik menjadi desa wisata.
“Insya Allah desa devisa di Jatim itu terbanyak di Indonesia. Nah kampung ini layak didorong untuk menjadi desa devisa,” kata Khofifah, di Gresik, Jatim, Selasa.
Khofifah mengatakan beberapa indikator untuk menjadi desa devisa telah terpenuhi oleh kondisi sentra kampung kopiah di sini.
Pertama, yaitu kampung ini memiliki produk unggulan yang orisinal dihasilkan warga yaitu kopiah. Kedua ada banyak warga di desa ini yang memiliki produksi serupa yaitu kopiah. Indikator tersebut terpenuhi, karena ada banyak warga yang memiliki profesi memproduksi kopiah.
“Nah syarat yang ketiga adalah ada asosiasi serupa koperasi. Ini yang belum eksis. Di sini ada semacam perkumpulan saja. Tapi kalau bentuknya koperasi itu belum,” ujar Khofifah.
Karena itu, ia berkomitmen untuk membantu warga di kampung ini bisa mulai menyiapkan pembentukan koperasi. Khususnya pihaknya akan membantu untuk dilakukan asesmen.
“Kalau syarat-syaratnya sudah terpenuhi, biasanya tidak butuh waktu lama agar koperasi mulai disiapkan saja, maka tim akan hadir untuk melakukan asesmen. Biasanya kemudian Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai inisiator program Desa Devisa akan datang melakukan penilaian apakah disetujui atau tidak,” katanya.
Menurut Khofifah, jika kampung ini sudah mendapatkan SK sebagai Desa Devisa, maka akan banyak keuntungan yang didapat.
Pertama, kata Khofifah, mereka akan mendapatkan pendampingan untuk peningkatan kualitas produk. Kemudian yang kedua, warga masyarakat akan mendapatkan bantuan permodalan.
Dan yang ketiga, ketika sudah menjadi desa devisa, mereka juga akan mendapatkan akses market yang lebih luas bahkan untuk menembus pasar ekspor.
“Tadi saya tanya apa sudah ekspor produknya, ternyata sudah masuk Malaysia. Nah ini potensi untuk dikembangkan. Karena banyak negara yang lain yang juga menggunakan kopiah. Misalnya Pakistan, Afrika, dan juga negara lain,” kata Khofifah lagi.
Pihaknya mendukung sentra produksi kopiah ini untuk terus berkembang. Terlebih di Pemprov Jatim di periode pertama Khofifah telah mengembangkan program OPOP yang sudah menjalin kerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB).
“Kami bertemu dengan pimpinan IDB, kita bersiap untuk membangun koneksitas pasar dengan negara-negara OKI. Nah itu antara lain pintu masuknya adalah LPEI,” kata Khofifah.
Di sisi lain, Rodiyah, salah satu pelaku usaha kopiah di kampung ini, menegaskan bahwa peak season untuk produksi kopiah di sini adalah pada bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri.
“Kalau bulan puasa dan Lebaran itu produksi di kampung ini bisa sampai ribuan kodi. Tapi kalau tidak peak season itu 20-30 kodi saja sudah alhamdulillah,” kata Rodiyah.
Di sini, warga kampung saling berkomunikasi untuk pemasaran dan pembukaan pemesanan. Siapa yang dapat order besar pasti langsung dibagi dengan warga setempat. Sehingga kekeluargaan dan upaya menjaga kontinuitas produksi selalu dilakukan.
“Jadi kami melayani pembuatan untuk banyak merek, tergantung pemesanan. Dan modelnya juga banyak, ada yang polosan hitam, ada pula yang cokelat, berbordir dan lain-lain. Semua bisa sesuai pesanan atau custom,” ujar Rodiyah.
Sedangkan untuk bahan baku, yang masih impor adalah beludru bahan kopiah hitam. Bahan tersebut harus dibeli dari negara ginseng Korea. Selain itu sudah bisa dibeli di dalam negeri.
“Kami berharap ibu Khofifah bisa kembali menjadi Gubernur Jawa Timur dan membantu agar kampung produksi kopiah ini semakin berkembang,” kata Rodiyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
“Insya Allah desa devisa di Jatim itu terbanyak di Indonesia. Nah kampung ini layak didorong untuk menjadi desa devisa,” kata Khofifah, di Gresik, Jatim, Selasa.
Khofifah mengatakan beberapa indikator untuk menjadi desa devisa telah terpenuhi oleh kondisi sentra kampung kopiah di sini.
Pertama, yaitu kampung ini memiliki produk unggulan yang orisinal dihasilkan warga yaitu kopiah. Kedua ada banyak warga di desa ini yang memiliki produksi serupa yaitu kopiah. Indikator tersebut terpenuhi, karena ada banyak warga yang memiliki profesi memproduksi kopiah.
“Nah syarat yang ketiga adalah ada asosiasi serupa koperasi. Ini yang belum eksis. Di sini ada semacam perkumpulan saja. Tapi kalau bentuknya koperasi itu belum,” ujar Khofifah.
Karena itu, ia berkomitmen untuk membantu warga di kampung ini bisa mulai menyiapkan pembentukan koperasi. Khususnya pihaknya akan membantu untuk dilakukan asesmen.
“Kalau syarat-syaratnya sudah terpenuhi, biasanya tidak butuh waktu lama agar koperasi mulai disiapkan saja, maka tim akan hadir untuk melakukan asesmen. Biasanya kemudian Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai inisiator program Desa Devisa akan datang melakukan penilaian apakah disetujui atau tidak,” katanya.
Menurut Khofifah, jika kampung ini sudah mendapatkan SK sebagai Desa Devisa, maka akan banyak keuntungan yang didapat.
Pertama, kata Khofifah, mereka akan mendapatkan pendampingan untuk peningkatan kualitas produk. Kemudian yang kedua, warga masyarakat akan mendapatkan bantuan permodalan.
Dan yang ketiga, ketika sudah menjadi desa devisa, mereka juga akan mendapatkan akses market yang lebih luas bahkan untuk menembus pasar ekspor.
“Tadi saya tanya apa sudah ekspor produknya, ternyata sudah masuk Malaysia. Nah ini potensi untuk dikembangkan. Karena banyak negara yang lain yang juga menggunakan kopiah. Misalnya Pakistan, Afrika, dan juga negara lain,” kata Khofifah lagi.
Pihaknya mendukung sentra produksi kopiah ini untuk terus berkembang. Terlebih di Pemprov Jatim di periode pertama Khofifah telah mengembangkan program OPOP yang sudah menjalin kerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB).
“Kami bertemu dengan pimpinan IDB, kita bersiap untuk membangun koneksitas pasar dengan negara-negara OKI. Nah itu antara lain pintu masuknya adalah LPEI,” kata Khofifah.
Di sisi lain, Rodiyah, salah satu pelaku usaha kopiah di kampung ini, menegaskan bahwa peak season untuk produksi kopiah di sini adalah pada bulan Ramadhan dan juga Idul Fitri.
“Kalau bulan puasa dan Lebaran itu produksi di kampung ini bisa sampai ribuan kodi. Tapi kalau tidak peak season itu 20-30 kodi saja sudah alhamdulillah,” kata Rodiyah.
Di sini, warga kampung saling berkomunikasi untuk pemasaran dan pembukaan pemesanan. Siapa yang dapat order besar pasti langsung dibagi dengan warga setempat. Sehingga kekeluargaan dan upaya menjaga kontinuitas produksi selalu dilakukan.
“Jadi kami melayani pembuatan untuk banyak merek, tergantung pemesanan. Dan modelnya juga banyak, ada yang polosan hitam, ada pula yang cokelat, berbordir dan lain-lain. Semua bisa sesuai pesanan atau custom,” ujar Rodiyah.
Sedangkan untuk bahan baku, yang masih impor adalah beludru bahan kopiah hitam. Bahan tersebut harus dibeli dari negara ginseng Korea. Selain itu sudah bisa dibeli di dalam negeri.
“Kami berharap ibu Khofifah bisa kembali menjadi Gubernur Jawa Timur dan membantu agar kampung produksi kopiah ini semakin berkembang,” kata Rodiyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024