Kediri - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri mendesak pemberian sanksi untuk oknum TNI yang telah berbuat aniaya atau membuat luka seorang wartawan dari MNC televisi. "Kami sangat mengutuk aksi kekerasan seperti ini. Oknum TNI itu sudah berani melakukan tindak pemukulan kepada masyarakat sipil yang kebetulan korban berprofesi sebagai jurnalis," kata Ketua AJI Kediri, Hari Tri Wasono, di Kediri, Senin. Ia mengaku prihatin dengan kejadian pemukulan tersebut. Hal itu mirip saat kejadian masa lampau di zaman penjajahan, padahal saat ini TNI berjuang keras untuk menjauhi sikap anarkis. AJI tidak ingin sanksi hanya dalam kasus tersebut, namun ia meminta agar kasus itu ditangani dengan serius, termasuk yang bersangkutan harus diproses. "Kami meminta kasus ini benar diproses. Kami tidak ingin, hal ini terulang lagi bukan hanya menimpa pada wartawan, tapi bisa juga terjadi pada warga sipil lainnya," ucapnya. Kekerasan terjadi pada wartawan MNC televisi, bernama Agung Kridaning Djatmiko (27). Warga Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu awalnya melaju naik sepeda motor dari arah Kota ke Kabupaten Kediri, pulang ke rumahnya. Di depan markas Batalyon Infanteri (Yonif) 521 Kediri dekat dengan lokasi Kodim 0809 Kediri, ia sempat berhenti, karena ada kegiatan anggota. Ia berada di belakang mobil anggota yang saat itu juga berhenti. Karena terburu-buru, ia mendahului mobil dengan posisi mengambil lajur dari arah kanan. Dari arah berlawanan ada kendaraan, dan di depannya tepat melaju sebuah sepeda motor yang dikemudikan oleh Kopda Sud, dan ia mendahuluinya melaju dari arah sebelah kiri. Mungkin, karena kaget, anggota itu sempat memukulnya. Agung sempat menoleh karena refleks, namun ia mengabaikan. Hingga akhirnya, anggota TNI itu mengejarnya dan kembali memukulnya di depan Pasar Banjaran, Kota Kediri, sekitar 500 meter dari lokasi batalyon. Ia sempat diajak ke lokasi pos pengamanan di Batalyon Infanteri (Yonif) 521 dan kembali dipukul. Ia menderita luka di pelipis sebelah kiri, dan mulutnya juga sobek mengeluarkan darah. Karena tidak terima, padahal sebelumnya sudah berusaha untuk menjelaskan, Agung dengan didampingi sejumlah wartawan melaporkan kejadian ini ke Sub Detasemen Polisi Militer V/2-2 di Kediri. Agung sempat menjalani pemeriksaan di RS DKT Kota Kediri untuk dilakukan "visum et repertum". Hal itu juga untuk melengkapi kondisi fisik dalam laporan tersebut. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012