Nusa Dua - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kompartemen Lingkungan dan Riset, Daud Darsono, meminta pemerintah menutup keran impor benih kelapa sawit, karena kapasitas produksi benih di dalam negeri mampu mencukupi kebutuhan perkebunan sawit yang ada di seluruh Indonesia. "Sebanyak 250 juta benih (kelapa sawit) bisa kita buat dan saya mengharapkan pemerintah menutup keran impor benih," kata Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) kompartemen Lingkungan dan Riset, Daud Darsono, di Nusa Dua, Jumat. Ia mengatakan, kemampuan produksi benih nasional tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan 1,2 juta hektare perkebunan kelapa sawit baik untuk yang ekspansi maupun peremajaan. "Bahkan secara kualitas, benih yang diproduksi di dalam negeri lebih bagus. Harganya juga lebih murah," kata Daud yang juga Dirut PT SMART Tbk itu. Ditambahkan, Ketua Gapki kompartemen Pemasaran, Susanto Yang, biasanya pemakai benih impor adalah perusahaan-perusahaan asing, yang ingin memakai benih dari negara mereka, seperti perusahaan perkebunan dari Malaysia. "Benih impor sebagian besar berasal dari Malaysia, Papua Nugini, dan Costa Rika," ujar Susanto. Lebih jauh Daud Darsono mengatakan benih kelapa sawit yang bagus sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas, khususnya di perkebunan rakyat yang produktivitasnya masih rendah yaitu sekitar 1,5 ton CPO/hektare. Saat ini, kata dia, dari sekitar 8,2 juta ton lahan perkebunan sawit di Indonesia sebesar 40 persen atau 3,28 juta hektare merupakan perkebunan rakyat. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen atau sekitar 1,3 juta hektare merupakan perkebunan rakyat mandiri. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012