Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) mengatakan kebocoran sampah plastik ke perairan sebagian besar dari kota berukuran kecil, sedang, dan daerah pedesaan, yang pengelolaan sampahnya belum optimal.
Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif dalam diskusi yang diadakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diikuti daring di Jakarta, Jumat, menyampaikan faktor geografis Indonesia dengan banyak kota-kota terletak di wilayah pesisir menjadi faktor potensi sampah yang bocor ke lingkungan dapat berakhir di laut.
"Yang menarik adalah sebetulnya 3/4 sampah yang bocor ke laut itu justru datang dari daerah yang kecil atau misalnya medium cities atau rural area di mana kapasitas daerah untuk mengelola sampahnya relatif kecil dibandingkan kota-kota besar," ujar Rofi.
Dia memberikan contoh bagaimana kota yang masuk dalam kategori Megapolitan seperti Jakarta yang memiliki potensi timbulan sampah 8.000 ton per hari telah diimbangi kapasitas pemerintah daerah (pemda) untuk mengumpulkan sampah dari masyarakat, meski sebagian besar masih berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sementara itu, lanjutnya, kota berukuran kecil dan medium dan daerah pedesaan, termasuk yang berada di pulau-pulau kecil, memiliki sistem pengelolaan sampah yang belum optimal. "Sehingga konsekuensinya tingkat kebocoran ke lingkungan akan lebih tinggi," jelasnya.
Sehingga, kata Rofi, sampah yang bocor ke lingkungan di daratan, termasuk yang terbuang ke sungai atau jalur air lain seperti got, pada akhirnya akan berujung ke lautan.
Dia memaparkan bahwa data memperlihatkan baru sekitar 10-14 persen dari total timbulan sampah plastik yang masuk dalam proses daur ulang. Mayoritas atau sekitar 45 persen dari total timbulan sampah dibakar oleh masyarakat dan sekitar sembilan persen berakhir bocor ke lingkungan.
Data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) sendiri memperlihatkan penurunan kebocoran sampah plastik ke lautan sebesar 41,68 persen dari 615.675 ton pada 2018 menjadi 359.061 ton pada 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024