Gresik - PT Semen Gresik (Persero) Tbk mendirikan anak perusahaan baru yang bergerak di bidang pertambangan batu bara untuk memenuhi pasokan bahan baku energi guna kegiatan produksi pabrik semen tersebut. Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis PT Semen Gresik Tbk, Erizal Bakar, kepada wartawan di Gresik, Jawa Timur, Jumat, menjelaskan, untuk pendirian anak usaha bernama PT Semen Gresik Group (SGG) Energi Prima ini, perseroan mengalokasikan investasi sebesar Rp500 miliar. "Sebanyak 97 persen saham perusahaan ini dimiliki Semen Gresik dan 3 persen sisanya adalah Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG)," kata Erizal usai acara peresmian anak usaha tersebut. Ia mengatakan, SGG Energi Prima direncanakan melakukan kegiatan penambangan batu bara (termasuk penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan penyimpanan), transportasi, perniagaan dan derivatifnya, serta pengembangan anak usaha (kerja sama dengan perusahaan tambang lainnya dan pencarian lahan batu bara). "Sudah ada survei untuk mendapatkan lokasi penambangan batu bara di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sumatera. Kami harapkan dalam enam bulan ke depan anak usaha ini sudah bisa mulai bergerak dan menyiapkan sarana pendukungnya," ujarnya. Erizal menambahkan, kebutuhan penyediaan bahan bakar batu bara untuk produksi semakin meningkat setiap tahun, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Secara keseluruhan (grup) yang meliputi PT Semen Gresik, Semen Tonasa dan Semen Padang, kebutuhan batu bara setiap tahun sekitar 3,2 juta ton. Kebutuhan itu diperkirakan meningkat menjadi sekitar empat juta ton, setelah Pabrik Tuban IV di Jawa Timur dan Tonasa V di Pangkep, Sulawesi Selatan, beroperasi pada tahun ini. "Saat ini pasokan batu bara masih disuplai oleh perusahaan lain dan nantinya sebagian dari kebutuhan itu bisa dipasok sendiri melalui anak usaha Semen Gresik," katanya. Erizal Bakar menambahkan, sekitar 30 persen pasokan menggunakan batu bara berkalori tinggi, sedangkan 70 persen jenis batu bara berkalori sedang dan rendah. Bahan bakar ini menyumbang sekitar 20 persen biaya produksi. "Dalam kurun waktu dua tahun ke depan, kami terus mengurangi kebutuhan batu bara berkalori tinggi. Harga batu bara kalori tinggi lebih mahal sekitar Rp300 ribu per ton dari kalori sedang dan rendah," tambahnya tanpa merinci pengeluaran untuk kebutuhan batu bara. Ia menambahkan, keberadaan anak usaha PT SGG Energi Prima diharapkan mampu menekan biaya produksi dan yang lebih penting menjaga suplai batu bara untuk kelancaran proses produksi pabrik semen. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012