Universitas Surabaya (Ubaya) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) memberikan pembekalan keterampilan pemandu wisata gunung dengan Virtual Reality (VR).

"Para pemandu dibekali keterampilan dengan VR karena lebih efisien, serta memungkinkan simulasi kondisi berbahaya di atas gunung tanpa risiko bagi peserta pelatihan dan dapat diakses kapan saja," kata Ketua Tim PKM Ubaya Prof Joniarto Parung alam keterangan diterima di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.

Joni mengatakan PKM yang dibiayai Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) itu bertujuan meningkatkan skill para pemandu gunung untuk menangani kecelakaan di gunung.

"Para pemandu gunung seringkali menjadi orang terdekat korban. Pada umumnya pemandu wisata gunung adalah masyarakat yang terbiasa naik gunung, tetapi belum dibekali dengan keterampilan melakukan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan dengan tepat,” ucapnya. 

Menurutnya,  metode yang digunakan dalam pelatihan menggunakan VR adalah pendekatan kualitatif, dengan prosedur yang diawali dengan identifikasi kebutuhan keterampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang dibutuhkan.

"Selain itu video simulasi kecelakaan di atas gunung serta pembuatan VR berdasarkan manipulasi video," ujarnya.

Mantan Rektor Ubaya itu menjelaskan aplikasi VR ini dimasukkan ke dalam Oculus sebagai materi pelatihan.

Menurutnya, luaran dari PKM ini adalah peningkatan keterampilan pemandu wisata gunung dalam P3K yang diharapkan mampu memitigasi risiko fatal bagi pendaki yang mengalami kecelakaan.

"Pelatihan dan evaluasi membuktikan pelatihan dengan VR efektif untuk meningkatkan kompetensi penanganan kecelakaan, serta memberi solusi berkelanjutan untuk pelatihan yang berulang bagi pemandu yang dengan keterbatasan waktu," katanya.

Berdasarkan data dari Koperasi Masyarakat Desa Hutan (KMDH) Watu Kelir dari Desa Tamiajeng, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, jumlah pendaki Gunung Penanggungan dalam setahun terakhir mencapai 5 ribu orang per bulan.

"Berdasarkan data, diketahui kecelakaan yang sering terjadi saat mendaki gunung adalah hipotermia, terkilir, patah, kedinginan, kekurangan oksigen, bahkan keracunan," katanya.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024