Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyebut, pembangunan smelter atau pabrik peleburan PTFI di Kabupaten Gresik, Jawa Timur menjadi bagian penting dalam mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik di tanah air.
"Ini adalah bagian dari program hilirisasi yang dicanangkan oleh Pak Presiden Joko Widodo, dan juga untuk mensuplai kebutuhan akan tembaga, terutama untuk ekosistem electric vehicle dan juga untuk kebutuhan transisi energi," ucap Tony saat peresmian produksi smelter PTFI di Kabupaten Gresik, Jatim, Senin disaksikan melalui tayangan langsung YouTube Sekretariat Presiden dari Jakarta.
Lebih lanjut, Tony menyampaikan bahwa pembangunan smelter di Gresik tersebut merupakan komitmen perusahaan dalam izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang diterbitkan pada 2018, yaitu untuk membangun satu lagi smelter di Indonesia.
"Smelter pertama sudah kami bangun di daerah Gresik juga, PT Smelting. Ini smelter kedua, yang merupakan smelter single line yang terbesar di dunia dan ini bisa kami selesaikan tepat pada waktunya berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan juga dukungan dari seluruh pemangku kepentingan," ujarnya.
"Dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Pak Bupati (Gresik) dan Gubernur Jawa Timur selalu sangat mendukung kami menyelesaikan proyek ini, dari Kementerian Investasi pun juga, Kementerian BUMN, dan juga Kementerian ESDM," lanjut Tony.
Ia mengungkapkan jika dilihat dari hasil yang diproduksi oleh PTFI di smelter Gresik dan juga di PT Smelting yang saat ini mayoritas sahamnya juga dimiliki oleh PTFI, produksi katoda tembaganya dapat memenuhi kebutuhan untuk pembangunan renewable energy.
"Kalau untuk PLTS itu sekitar 200 gigawatt, kalau untuk PLT Bayu itu bisa untuk 600 gigawatt, kalau untuk PLT hydro atau air itu sekitar 800 gigawatt, setiap tahunnya," ungkap Tony.
Ia mengatakan, suplai konsentrat tembaga dikirim langsung dari Papua yang kemudian dimurnikan di smelter PTFI di Gresik
"Dari tanah Papua, tambang kami yang terbesar di dunia, tambang bawah tanah terbesar di dunia, disuplai lah konsentrat tembaga untuk dimurnikan di Gresik sini," ujar Tony.
Selain itu, kata dia, nantinya selama beroperasi, smelter Gresik akan mempekerjakan sekitar 2.000 orang terdiri atas 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung PTFI.
"Dan selama masa konstruksi itu telah mempekerjakan tenaga konstruksi yang kumulatif jumlahnya mencapai 40.000 tenaga kerja dan proyek ini saya masih ingat Pak Presiden melakukan pemancangan tiang pertama di lokasi ini pada bulan Oktober tahun 2021. Jadi, tiga tahun kurang empat bulan kita bisa menyelesaikan proyek ini karena sebenarnya proyek ini sudah selesai di akhir bulan Juni (2024)," tutur Tony.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ini adalah bagian dari program hilirisasi yang dicanangkan oleh Pak Presiden Joko Widodo, dan juga untuk mensuplai kebutuhan akan tembaga, terutama untuk ekosistem electric vehicle dan juga untuk kebutuhan transisi energi," ucap Tony saat peresmian produksi smelter PTFI di Kabupaten Gresik, Jatim, Senin disaksikan melalui tayangan langsung YouTube Sekretariat Presiden dari Jakarta.
Lebih lanjut, Tony menyampaikan bahwa pembangunan smelter di Gresik tersebut merupakan komitmen perusahaan dalam izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang diterbitkan pada 2018, yaitu untuk membangun satu lagi smelter di Indonesia.
"Smelter pertama sudah kami bangun di daerah Gresik juga, PT Smelting. Ini smelter kedua, yang merupakan smelter single line yang terbesar di dunia dan ini bisa kami selesaikan tepat pada waktunya berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan juga dukungan dari seluruh pemangku kepentingan," ujarnya.
"Dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Pak Bupati (Gresik) dan Gubernur Jawa Timur selalu sangat mendukung kami menyelesaikan proyek ini, dari Kementerian Investasi pun juga, Kementerian BUMN, dan juga Kementerian ESDM," lanjut Tony.
Ia mengungkapkan jika dilihat dari hasil yang diproduksi oleh PTFI di smelter Gresik dan juga di PT Smelting yang saat ini mayoritas sahamnya juga dimiliki oleh PTFI, produksi katoda tembaganya dapat memenuhi kebutuhan untuk pembangunan renewable energy.
"Kalau untuk PLTS itu sekitar 200 gigawatt, kalau untuk PLT Bayu itu bisa untuk 600 gigawatt, kalau untuk PLT hydro atau air itu sekitar 800 gigawatt, setiap tahunnya," ungkap Tony.
Ia mengatakan, suplai konsentrat tembaga dikirim langsung dari Papua yang kemudian dimurnikan di smelter PTFI di Gresik
"Dari tanah Papua, tambang kami yang terbesar di dunia, tambang bawah tanah terbesar di dunia, disuplai lah konsentrat tembaga untuk dimurnikan di Gresik sini," ujar Tony.
Selain itu, kata dia, nantinya selama beroperasi, smelter Gresik akan mempekerjakan sekitar 2.000 orang terdiri atas 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung PTFI.
"Dan selama masa konstruksi itu telah mempekerjakan tenaga konstruksi yang kumulatif jumlahnya mencapai 40.000 tenaga kerja dan proyek ini saya masih ingat Pak Presiden melakukan pemancangan tiang pertama di lokasi ini pada bulan Oktober tahun 2021. Jadi, tiga tahun kurang empat bulan kita bisa menyelesaikan proyek ini karena sebenarnya proyek ini sudah selesai di akhir bulan Juni (2024)," tutur Tony.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024