Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, proses perundingan perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-Uni Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) tengah terhambat karena adanya pergantian kabinet di lingkup Uni Eropa.
“Di sini dapat disampaikan bahwa perundingan IEU-CEPA juga sedang difinalisasi walaupun tidak mudah, karena kabinet di IEU-CEPA berubah. Jadi dulu negosiator kita itu (diganti), sekarang sudah tidak menjabat lagi,” kata Airlangga saat menyampaikan laporan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2024 di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, meskipun telah berjalan 9 tahun lamanya, proses negosiasi berjalan alot lantaran ada perombakan dalam jajaran pejabat di lingkup komisi Uni Eropa membuat adanya perubahan persyaratan bagi Indonesia.
Baca juga: Menteri Airlangga resmikan pabrik baterai EV ramah lingkungan pertama di RI
Airlangga menjelaskan, ada tiga isu utama yang diminta untuk segera diselesaikan. Pertama, pihak Uni Eropa menginginkan Indonesia melonggarkan kebijakan impor bagi produk-produk yang berasal dari Eropa.
Kedua, terkait kebijakan pembatasan ekspor berupa pengenaan bea keluar, serta ketiga mengenai perpajakan digital.
“Ada tiga isu utama yang mereka dorong, yaitu mereka ingin agar masalah impor itu segera dipermudah di Indonesia, kemudian mereka masih berkeras mengenai biaya bea keluar, dan juga mereka masih berkeras mengenai perpajakan digital, transmisi digital. Kita minta menunggu WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), mereka tidak mau,” ujarnya.
Di tengah proses negosiasi yang masih menggantung, dia menyebutkan bahwa dirinya telah mendapat instruksi untuk mempercepat proses aksesi Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
Ia juga mengungkap telah mendapat restu dari Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk segera mempercepat proses aksesi tersebut.
"Jadi ini sudah masuk New Zealand yang menjadi host dari CPTPP, negara ASEAN lain yang sudah di dalam (CPTPP) adalah Singapura, Vietnam, kemudian Malaysia itu sudah menjadi bagian dari CPTPP. Jadi kita tidak ingin ketinggalan, karena di situ kita akan membuka pasar Inggris, pasar Kanada, pasar Meksiko, Cili, dan Peru," ungkapnya.
Di saat bersamaan, Pemerintah saat ini juga tengah berfokus untuk menyelesaikan proses aksesi dengan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Adapun sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan, progres penyelesaian perundingan IEU-CEPA sudah hampir 90 persen.
"Sudah hampir 90 persen, tinggal sedikit lagi," ujar Zulkifli Hasan usai Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks DPR RI, Jakarta, Rabu (4/9).
Dia menambahkan, perundingan perjanjian perdagangan tersebut diharapkan dapat selesai pada September tahun ini.
"IEU-CEPA September mudah-mudahan selesai," katanya.
Ia menilai Uni Eropa adalah mitra dagang yang penting bagi Indonesia dikarenakan pasarnya sangat besar, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, baik Indonesia maupun Uni Eropa telah berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan dalam waktu dekat.
Perjanjian dagang antara Indonesia dan Uni Eropa akan membawa banyak manfaat, tidak hanya dari segi bebas pajak/Bea Masuk saja, tetapi juga penyelesaian masalah lainnya, seperti peraturan deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan carbon border adjustment mechanism (CBAM). IEU-CEPA dapat menjadi foundation dari hubungan dagang antara Indonesia dengan UE.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
“Di sini dapat disampaikan bahwa perundingan IEU-CEPA juga sedang difinalisasi walaupun tidak mudah, karena kabinet di IEU-CEPA berubah. Jadi dulu negosiator kita itu (diganti), sekarang sudah tidak menjabat lagi,” kata Airlangga saat menyampaikan laporan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2024 di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, meskipun telah berjalan 9 tahun lamanya, proses negosiasi berjalan alot lantaran ada perombakan dalam jajaran pejabat di lingkup komisi Uni Eropa membuat adanya perubahan persyaratan bagi Indonesia.
Baca juga: Menteri Airlangga resmikan pabrik baterai EV ramah lingkungan pertama di RI
Airlangga menjelaskan, ada tiga isu utama yang diminta untuk segera diselesaikan. Pertama, pihak Uni Eropa menginginkan Indonesia melonggarkan kebijakan impor bagi produk-produk yang berasal dari Eropa.
Kedua, terkait kebijakan pembatasan ekspor berupa pengenaan bea keluar, serta ketiga mengenai perpajakan digital.
“Ada tiga isu utama yang mereka dorong, yaitu mereka ingin agar masalah impor itu segera dipermudah di Indonesia, kemudian mereka masih berkeras mengenai biaya bea keluar, dan juga mereka masih berkeras mengenai perpajakan digital, transmisi digital. Kita minta menunggu WTO (Organisasi Perdagangan Dunia), mereka tidak mau,” ujarnya.
Di tengah proses negosiasi yang masih menggantung, dia menyebutkan bahwa dirinya telah mendapat instruksi untuk mempercepat proses aksesi Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
Ia juga mengungkap telah mendapat restu dari Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk segera mempercepat proses aksesi tersebut.
"Jadi ini sudah masuk New Zealand yang menjadi host dari CPTPP, negara ASEAN lain yang sudah di dalam (CPTPP) adalah Singapura, Vietnam, kemudian Malaysia itu sudah menjadi bagian dari CPTPP. Jadi kita tidak ingin ketinggalan, karena di situ kita akan membuka pasar Inggris, pasar Kanada, pasar Meksiko, Cili, dan Peru," ungkapnya.
Di saat bersamaan, Pemerintah saat ini juga tengah berfokus untuk menyelesaikan proses aksesi dengan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Adapun sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan, progres penyelesaian perundingan IEU-CEPA sudah hampir 90 persen.
"Sudah hampir 90 persen, tinggal sedikit lagi," ujar Zulkifli Hasan usai Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks DPR RI, Jakarta, Rabu (4/9).
Dia menambahkan, perundingan perjanjian perdagangan tersebut diharapkan dapat selesai pada September tahun ini.
"IEU-CEPA September mudah-mudahan selesai," katanya.
Ia menilai Uni Eropa adalah mitra dagang yang penting bagi Indonesia dikarenakan pasarnya sangat besar, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, baik Indonesia maupun Uni Eropa telah berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan dalam waktu dekat.
Perjanjian dagang antara Indonesia dan Uni Eropa akan membawa banyak manfaat, tidak hanya dari segi bebas pajak/Bea Masuk saja, tetapi juga penyelesaian masalah lainnya, seperti peraturan deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan carbon border adjustment mechanism (CBAM). IEU-CEPA dapat menjadi foundation dari hubungan dagang antara Indonesia dengan UE.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024