Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro melaporkan kejadian delapan bencana yang terjadi di wilayahnya selama 2011 dengan jumlah kerugian mencapai Rp53,895 miliar, kepada Gubernur Jatim.
"Laporan kejadian bencana ini, berkaitan dengan langkah kebijakan dalam penanganan selanjutnya," kata Kasi kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro, Sutardjo, Rabu.
Karena itu, lanjutnya, selain Gubernur Jatim, laporan kejadian bencana juga disampaikan kepada berbagai pihak, di antaranya Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng. Sebab, penanganan akibat bencana di sepanjang Bengawan Solo, berada di bawah Balai Besar Bengawan Solo di Solo.
Ia menjelaskan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan, ada delapan kategori bencana yaitu, banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran, kekeringan, puting beliung, kegagalan industri dan bencana yang lainnya. Di antaranya, korban perahu tenggelam di Bengawan Solo, korban meninggal kesetrum, dan disambar petir.
"Dari delapan bencana itu, yang tidak menimbulkan kerugian yaitu bencana kegagalan industri dan kekeringan," katanya, menjelaskan.
Sebab, selama setahun itu, tidak ada kejadian bencana kegagalan industri, sedangkan adanya kekeringan yang melanda di daerah setempat, langsung ditangani dengan melakukan pasokan air bersih kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih.
Ia menyebutkan, jumlah kerugian materi yang disebabkan kejadian bencana pada 2011 diperhitungkan mencapai Rp53,694 miliar, meningkat dibandingkan kerugian bencana tahun lalu yang hanya Rp27,8 miliar. "Meningkatnya kejadian dan kerugian bencana di Bojonegoro, akibat pengaruh anomali cuaca," tukasnya.
Kerugian terbesar yaitu, bencana kebakaran dengan kerugian mencapai Rp29 miliar, dalam 37 kejadian kebakaran di antaranya pemukiman warga dan pasar yang terjadi di 38 desa yang tersebar di 17 kecamatan. Kebakaran Pasar Baureno di Desa Pasinan, Kecamatan Baureno, menimbulkan kerugian Rp20 miliar, karena pasar setempat berserta isinya ludes terbakar.
Bencana angin puting beliung, menimbulkan kerugian Rp1,8 miliar, akibat rusaknya rumah warga dalam 33 kejadian angin puting beliung di 44 desa di 16 kecamatan. Sementara itu, dalam tiga kali luapan Bengawan Solo yang melanda 77 desa di delapan kecamatan menimbulkan kerugian Rp15 miliar, terbesar akibat rusaknya tanaman padi petani.
Sedangkan dalam 14 kali kejadian banjir bandang yang melanda 59 desa di 15 kecamatan, kerugiannya mencapai Rp5,7 miliar. Mengenai bencana yang lainnya, menurut dia, tidak masuk dalam perhitungan materi, namun kerugian jiwa.
Ia mencontohkan, dalam kejadian bencana tenggelamnya perahu tambang Bengawan Solo di Kecamatan Kanor, telah menimbulkan 10 korban jiwa.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012