Surabaya - Pelaku perbankan nasional PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2012 sesuai kuota pemerintah setelah pada tahun lalu bisa merealisasinya sesuai target. "Tahun ini kami mendapatkan jatah penyaluran KUR di Indonesia mencapai sekitar Rp4,25 triliun," kata Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Riswinandi, ditemui dalam Seminar Peningkatan Peran Perbankan terhadap UMKM, di Surabaya, Kamis. Menurut dia, realisasi penyaluran KUR antara Januari-September 2011 sudah mencapai Rp7 triliun. Besaran alokasi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan perwujudan selama tahun 2010 senilai Rp3,6 triliun. "Sementara itu, seluruh perbankan di Tanah Air mampu menyalurkan KUR sebesar Rp22,2 triliun antara Januari-September 2011," ujarnya. Dari kinerja tersebut, ia mengaku, telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di penjuru Nusantara. "Apalagi, selama ini kami memiliki beragam program khusus untuk peningkatan kinerja UMKM di Indonesia di antaranya Komunitas Mandiri, serta Pilar Edukasi dan Kewirausahaan," katanya. Walau demikian, Pengamat Perbankan, Burhanuddin Abdullah, menilai, sampai sekarang dukungan perbankan terhadap usaha mikro sangat kurang. "Bahkan, perlu adanya bank khusus yang menangani perkembangan UMKM termasuk bagaimana bentuk penyaluran kredit yang tepat sasaran bagi mereka," katanya. Padahal, selama ini Indonesia memiliki 52.767.820 pengusaha dengan dominasi 90 persen bergerak di usaha mikro. Sementara, sisa 10 persennya merupakan pengusaha skala menengah dan besar. "Dari angka itu, seharusnya perbankan bisa menyalurkan kredit lebih besar dibandingkan yang terealisasi sampai sekarang," katanya. Namun, tambah dia, rendahnya tingkat penyaluran kredit perbankan nasional untuk kalangan UMKM lebih dikarenakan mereka sangat hati-hati ketika membidik debitur dari pengusaha mikro. "Dari sejumlah negara di Benua Asia, Indonesia menempati porsi nisbah kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) paling rendah," katanya. Pada tahun 2009, lanjut dia, kontribusi kredit terhadap PDB hanya mencapai 30 persen sedangkan Malaysia bisa di posisi 115 persen dan China 140 persen. "Ke depan, kondisi tersebut perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah sehingga angka nisbah kredit negeri ini terhadap PDB khususnya kredit UMKM semakin meningkat," kata pria mantan Gubernur BI tersebut.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012