Organisasi nirlaba yang mewadahi para ilmuwan dan inventor "Kawoong Innovation" menggandeng Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) untuk berbagi ilmu fondasi tahan gempa ke berbagai pondok pesantren di wilayah Jawa Timur.

"Salah satu fondasi yang antisipatif gempa adalah konstruksi jaring rusuk beton atau KJRB. Fondasi ini adalah inovasi teknologi dari almarhun Ir Ryantori, jebolan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya," kata pendiri Kawoong Innovation Hadi Wardoyo kepada wartawan di Surabaya, Rabu.

Ir Ryantori adalah penemu Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) bersama Ir Sutjipto yang kemudian dikenal sebagai fondasi tahan gempa karena berhasil menyelamatkan 100 persen bangunan yang menggunakan teknologi tersebut saat gempa maha dahsyat magnitudo 9,2 yang melanda kawasan Sumatra pada 2004.

Hadi mengungkapkan konstruksi bangunan yang kokoh, ekonomis dan antisipatif berbagai fenomena alam, khususnya bencana gempa, layak menjadi kriteria utama dalam prioritas pembangunan gedung bertingkat, termasuk di lingkungan pendidikan dan pesantren.

"Terlebih kalangan pesantren banyak memiliki gedung bertingkat," ujarnya.

Hadi berharap dengan menggunakan fondasi ini keselamatan santri menjadi prioritas saat terjadi gempa bumi, mengingat Indonesia sebagai negara di kawasan cincin api yang beresiko sangat besar terjadi gempa vulkanik maupun tektonik.

"Semoga bisa menjadi amal jariah," katanya.

Untuk tahap awal, Pesantren Tebuireng di Jombang menggunakan teknologi KJRB pada pembangunan Gedung Madrasah Muallimin Hasyim Asyari.

Bangunan empat lantai di lahan seluas 3.868 meter persegi itu sudah dimulai sejak akhir Juli 2024.  

Sekretaris BWPT Imam Thoha Masyhuri menyambut realisasi kerja sama dengan Kawoong Innovation.

"Kami berharap ke depan akan dapat dikembangkan berbagai kegiatan kerja sama berdasar potensi masyarakat untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045," ucapnya.

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024