Trenggalek - Para nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek, Jawa Timur enggan menggunakan alat pengawet ikan bantuan pemerintah daerah setempat karena dinilai tidak efisien modal. "Padahal alat itu kami berikan secara gratis kepada nelayan dan tinggal menggunakan, namun ternyata tidak ada yang mau karena mereka enggan membeli es. Itu sisanya sampai sekarang masih menumpuk di balai benih ikan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Trenggalek Syuhadak Abdullah di Trenggalek, Rabu. Menurut dia, keengganan nelayan dipicu oleh modal awal untuk membeli yang harus dikeluarkan sebelum melaut. Padahal, uang yang dikeluarkan untuk membeli es itu tidak banyak dibandingkan dengan hasil yang didapat. "Mereka bilang, belum melaut kok sudah harus mengeluarkan duit, iya kalau dapat ikan, tapi kalau tidak. Inilah yang membuat kami sulit," katanya. Padahal, katanya, apabila nelayan mau menggunakan alat pengawet ikan tersebut hasil tangkapan nelayan akan lebih berkualitas dan tahan lama. Selain itu, harga jual ikan juga lebih tinggi. "Harganya sangat jauh berbeda, per kilogram itu bisa dua ribu sampai empat ribu rupiah. Bedanya saja, coba bayangkan apabila para nelayan ini mau menggunakan, keuntungan yang didapat pasti akan lebih banyak," katanya. Ia mengatakan, dampak minimnya peminat alat tersebut pernah dirasakan nelayan pada musim panen ikan tiga bulan yang lalu, dimana ratusan ton ikan tidak laku dijual karena dalam kondisi membusuk. Saat itu, katanya, stok ikan di PPN Prigi sedang melimpah sedangkan jumlah pembeli yang datang masih sedikit, sehingga ratusan ton ikan tidak terserap oleh pasar. "Kalau sudah seperti itu yang untung pabrik tepung ikan, karena mereka bisa mempermainkan harga. Dibeli dengan harga murah pun nelayan akan mau, daripada dibuang," katanya. Ia menjelaskan, karakter nelayan di perairan Trenggalek lebih memilih menggunakan keranjang biasa sebagai alat penampungan ikan, meski setiap hari harus kembali ke pelabuhan untuk mendaratkan ikan. "Tipe nelayan di sini adalah sayang istri, jadi setiap hari pulang. Berbeda dengan nelayan di daerah lain yang sudah menggunakan 'cool box', mereka bisa berhari-hari di tengah laut dan baru pulang ketika hasilnya sudah maksimal," katanya. Ia berharap, nelayan di perairan prigi mau memanfaatkan sisa alat pengawet ikan yang saat ini masih tersimpan di balai benih ikan. Data DKP Trenggalek, hasil produksi nelayan setempat rata-rata mencapai 23 ribu ton per tahun.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012