Kediri - Sedikitnya 78 hektare lahan pertanian cabai milik petani di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, membusuk akibat curah hujan tinggi dan serangan hama penyakit berupa jamur dan lalat buah. "Banyak buah yang jatuh sebelum masak, jadi kami tidak bisa panen. Selain itu, tanaman banyak yang layu, karena banjir terus," kata Ketua Paguyuban Petani Mardi Waluyo di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Sukarni di Kediri, Rabu. Ia mengatakan, kondisi itu terlihat merata di seluruh lahan milik petani. Mereka terpaksa tidak dapat panen dan menikmati keuntungan dengan maksimal. Padahal, harusnya pada bulan Januari ini sudah memasuki masa panen perdana tanaman cabai. Ia juga menyebut, produksi cabai petani turun drastis dengan kondisi tersebut. Harusnya, dari 1 hektare tanaman cabai bisa memproduksi hingga 8 ton. Saat ini, harga cabai juga cenderung turun, dari sebelumnya mampu berkisar Rp15.000 per kilogram turun menjadi Rp7.500 per kilogram. "Harusnya kami bisa dapat produksi yang cukup baik, namun karena hujan, jadi berkurang. Harga saat ini juga cenderung turun," ucapnya. Ia mengatakan, risiko menanam cabai, terutama saat memasuki musim hujan memang tinggi. Potensi serangan penyakit lebih besar daripada saat musim kemarau, tanah juga lembab, hingga memunculkan jamur-jamur yang menyerang tanaman," katanya. Dengan kondisi itu, kata dia, secara otomatis pengeluaran untuk perawatan tanaman juga bertambah, seperti untuk pembelian obat-obatan. Selain itu, untuk keperluan lain, seperti tenaga untuk perawatan tentunya juga akan bertambah. "Kalau total untuk modal dari satu hektare lahan bisa mencapai Rp5-Rp6 juta. Itu normalnya, tapi, kalau ada serangan hama dan sebagainya, tentunya akan ada tambahan anggaran," ucapnya. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012