Bojonegoro - Tantangan sejumlah pelaku industri minyak dan gas bumi di Jawa Timur sangat beragam karena dinamika masyarakat provinsi ini semakin berkembang sesuai kemajuan zaman. "Sebenarnya potensi produksi minyak dan gas di Jatim besar," kata Deputi Umum BP Migas Johanes Widjonarko ditemui dalam kunjungan kerjanya ke Mobil Cepu Limited (MCL) di Bojonegoro, Rabu malam. Namun hingga kini, katanya, banyak hambatan yang dialami Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) sehingga produksi minyak dan gas sulit terpenuhi sesuai target. "Hambatan tersebut di antaranya birokrasi pemerintah dan masyarakat itu sendiri," ujarnya. Pada umumnya, kata dia, permasalahan belum terealisasinya izin untuk memproduksi minyak sering muncul dari kalangan birokrasi mulai tingkat daerah sampai pusat. "Hambatan ini semestinya bisa diatasi supaya target produksi minyak dapat dipenuhi segera. Caranya, dengan meningkatkan komunikasi intensif antara pemerintah dengan K3S dan kementerian yang terkait," katanya. Persoalan itu, tambah dia, terlihat dari hubungan antara rekanan MCL dengan pemerintah daerah sehingga perizinan yang seharusnya bisa didapatkan segera menjadi urung diberikan. "Akibatnya, proyek 'EPC1' Mobil Cepu Limited yang semestinya bisa memperoleh IMB pada awal Januari ini belum terwujud dan berdampak terhadap realisasi produksi minyaknya," katanya. Padahal, lanjut dia, per awal tahun ini BP Migas menargetkan "MCL" dapat meningkatkan angka produksinya menjadi 27.000 barel per hari dibandingkan produksi rata-ratanya mencapai 21.400 barel per hari. "Walau sesuai hasil kunjungan hari ini 'MCL' menyatakan keberatan dengan target produksi minyak 27.000 barel per hari, kami terus mendukung mereka supaya tidak berhenti mengoptimalkan capaian produksinya," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012