Kapolres Trenggalek AKBP Gathut Bowo Supriyono menegaskan bahwa Ideologi Pancasila yang dicetuskan oleh founding father merupakan ideologi yang paling relevan sekaligus sebagai filter untuk membendung gerakan radikalisme maupun terorisme, atau merupakan ideologi antiradikalisasi.

"Pengetahuan tentang bahaya radikalisme dan terorisme harus diberikan sejak dini sebagai salah satu upaya pencegahan dan tidak terjerumus kepada pemahaman yang salah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain," kata Kapolres Trenggalek dalam seminar antiradikalisme yang diadakan  Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis.

Dalam seminar antiradikalisme yang juga menghadirkan narasumber dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dan mantan tokoh jamaah Islamiyah, Muhammad Nasir Abbas, Kapolres menjelaskan pelaku terorisme dalam era globalisasi serta kemajuan teknologi yang berkembang begitu pesat seperti sekarang ini, tidak sebatas menyasar fisik.

Namun juga propaganda yang berujung pada mempengaruhi pola pikir dan pandangan masyarakat. Propaganda ini bisa dilakukan secara langsung maupun melalui fasilitas dan sarana yang berbasis teknologi seperti internet maupun media sosial yang disebarkan secara masif.

"Kondisi itu rentan mempengaruhi kalangan milenial dan gen-z yang mendominasi penggunaan teknologi," imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Kapolres Gathut, dibutuhkan kewaspadaan dini dari seluruh komponen anak bangsa untuk bersatu padu, baik dari pemerintah, ulama atau tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun warga masyarakat sendiri dalam menangkal setiap pergerakan atau propaganda-propaganda dari gerakan radikalisme.

Kegiatan seminar digelar semi terbuka di Pendopo Manggala Praja, Pemkab Trenggalek dan dihadiri ratusan peserta dari unsur pelajaran, mahasiswa, organisasi masyarakat dan lapisan masyarakat lainnya.

Mengambil tema 'membendung akar radikal di kalangan pemuda dan siswa', kegiatan itu bertujuan untuk mencegah adanya paham-paham radikal dan terorisme di Bumi Menak Sopal, sebutan lain Trenggalek.

Lewat seminar itu, generasi milenial yang akrab dengan teknologi tak mudah terpengaruh dengan paham yang menyesatkan.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024