Surabaya - Sejumlah tokoh dari berbagai bidang menyemarakkan Festival Lan Fang yang dimulai di Kampoeng Media Suara Surabaya, Jalan Wonokitri Besar, Surabaya, Selasa. "Acara yang digelar komunitas 'Sahabat Lan Fang' itu merupakan penanda dimulainya Festival Lan Fang hingga 11 Maret mendatang," kata penggagas festival, Rully Anwar, didampingi ketua umum festival, dr Ananto Sidohutomo MARS. Pembukaan festival untuk mengenang meninggalnya almarhumah sastrawan Jatim pada 25 Desember 2011 itu ditandai dengan parade pembacaan cerpen oleh H Saifullah Yusuf atau Gus Ipul (Wagub Jatim). Selain itu, Indah Kurnia (DPR RI), La Nyalla Mattalitti (Ketua Umum Kadin Jatim), Akhmad Munir (Ketua PWI Jatim), Errol Jonathans (Direktur Utama Suara Surabaya), Prof Budi Darma (akademisi dan sastrawan dari Unesa), dan sahabat Lan Fang lainnya. "Mereka akan menyampaikan testimoni tentang Lan Fang dan membacakan cerpen karya novelis yang kelahiran Banjarmasin pada 11 Maret 1970 itu. Ada tiga cerpen Lan Fang akan dibacakan dalam pembuka festival itu," katanya. Gagasan menggelar Festival Lan Fang yang berlangsung 3 bulan penuh ini, kata Rully, sebenarnya sudah dimulai beberapa hari setelah Lan Fang meninggal dunia bertepatan Natal lalu, 25 Desember 2011 di RS Mount Elizabeth Singapura. Menurut Rully, festival di markas Radio Suara Surabaya (SS) itu akan dilanjutkan sahabat-sahabat Lan Fang ke sejumlah daerah di Jatim dan bahkan luar Jatim, termasuk pembacaan puisi di Sekretariat "Bidadari" Jalan Trunojoyo 63, Surabaya pada 8 Januari mendatang. "Sekretariat Bidadari yang merupakan markas relawan anti-kanker itu juga akan menjadi lokasi penutupan festival pada 11 Maret mendatang. Nantinya akan ada pembacaan karya, bedah buku, pameran foto, dan sebagainya," katanya. Nilai ketokohan Ditanya target dari festival, Rully Anwar mengatakan Lan Fang adalah sastrawan, China, perempuan, dan Buddhis, namun dia mampu melampaui batas-batas kultural dan sekat-sekat budaya. Hal itu terbukti dari sikap almarhumah yang novelis tapi masuk ke komunitas seni rupa, sosok Buddhis yang menjadi pengajar sastra di komunitas pesantren di Jombang, Madura, dan sebagainya, sosok perempuan yang juga relawan kanker. "Itu sosok yang langka dan itu merupakan 'kekayaan' kota ini, karena itu bila kematiannya dibiarkan begitu saja, maka sosok seperti dia akan dapat ditemui lagi setelah satu abad kemudian," katanya. Senada dengan itu, ketua umum festival, dr Ananto Sidohutomo MARS, menjelaskan Lan Fang merupakan tokoh yang meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan karya sastra yang luar biasa. "Almarhumah bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, bukan hanya di Surabaya dan Jatim, tapi juga di Indonesia. Ibu Lan Fang yang menderita kanker hati dengan stadium lebih tinggi justru bersusah payah menggalang acara amal untuk membantu rekannya yang menderita kanker payudara dan akhirnya membaik," katanya. Bahkan, dua tahun silam, dirinya ditantang almarhumah untuk menjadi dokter yang berani menulis karya sastra dan tantangan itu akhirnya dijawab dengan menulis buku "3 in 1" yang pertama di dunia. "Saya katakan '3 in 1' karena di dalam satu buku ada otobiografi, novel, dan karya ilmiah tentang ilmu kesehatan. Buku itu saya beri judul 'Aku, Bidadari, dan Sastra'," katanya. Oleh karena itu, kegiatan untuk mengenang penulis novel berjudul "Ciuman Di Bawah Hujan" itu tidak harus bersedih. "Kami akan menutup festival dengan apresiasi dari seluruh sahabat Lan Fang dengan membuat dan membacakan puisi tentang sosok Lan Fang mulai siang hingga malam untuk memecahkan rekor," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012