Tepat setelah Shalat Isya’, Jumat (7/6) malam, suasana Desa Sukorejo di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, lebih ramai dari biasanya. Mobil-mobil terparkir di kanan dan kiri jalan.
Ratusan orang datang. Tujuannya sama, yaitu ke Tebing Kepuh yang jaraknya sekitar 11 kilometer dari Alun-Alun Trenggalek. Arahnya dari pusat kota menuju perbatasan Kabupaten Tulungagung.
Di lokasi itu ada jamuan makan malam sejumlah bupati dari berbagai daerah di Tanah Air. Tahun ini Trenggalek menjadi tuan rumah peringatan Hari Ulang Tahun ke-24 Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).
Tak hanya bupati-bupati, hadir perwakilan Dewan Liberal dan Demokrat Asia (CALD), yakni kumpulan partai politik se-Asia Pasifik yang punya perhatian pada kebijakan hak asasi manusia.
Untuk ke lokasi acara, tidak semua kendaraan bisa masuk. Para tamu dan undangan harus bergantian naik kendaraan listrik jenis boogie car yang sudah disiapkan penyelenggara.
Jaraknya hanya sekitar 500 meter, tapi melintasi perkampungan yang jalannya tak terlalu lebar serta terbentang sawah luas di kanan dan kirinya, membuat tamu merasakan sensasi berbeda terkena embusan angin sawah saat malam.
Setelah sampai, mereka disambut dan ditunjukkan kursi tempatnya duduk serta meja bundar yang dibentuk round table.
Sejumlah rangkaian acara dimulai, dan para kepala daerah serta tamu dari luar negeri tampak menikmatinya. Lagu-lagu yang disajikan dan tari-tarian membuat suasana bertema "Southern Paradise Gala Dinner" itu lebih semarak.
Hal yang spektakuler dan membanggakan, Tebing Kepuh semula adalah bekas galian tambang andesit itu dijadikan latar menyuguhkan light and sound atau pertunjukan cahaya dan suara.
Di tebing menjulang tinggi itu ditampilkan dekorasi visual dengan sentuhan kreativitas yang mengiringi penampilan seni tari "Sri Gendam".
Tarian tersebut menceritakan eksplorasi alam secara berlebihan yang justru membawa kerugian dan kerusakan bagi masyarakat luas, seperti bencana alam.
Lewat bekas tambang batu andesit itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin ingin menunjukkan konsentrasi wilayahnya yang lebih mengedepankan aspek kesinambungan kelestarian alam dalam pembangunan daerah.
"Kami ingin tunjukkan ekonomi Trenggalek itu based on creativity, bukan based on eksplorasi yang di dalamnya termasuk tambang. Jadi ini sebagai simbol, bekas tambang disulap menjadi tempat festival ligth and sound yang mengolaborasikan teknologi dan seni,” ujar Nur Arifin.
Sajian menu khas
Di sela acara, para tamu dan undangan mendapat sajian istimewa. Dimasak oleh juru masak kenamaan Chef Andre dan puluhan siswa SMKN 1 Pogalan dan SMKN 2 Trenggalek dilibatkan sebagai casual dinner.
Sebagai makanan pembuka adalah "Lumpia Tengiri Rebung", yakni ikan tengiri kukus suwir ditambah rebung yang diiris tipis dan dipanggang. Tersaji dalam kulit lumpia renyah dengan kuah gula jawa lokal.
Menu pembuka lainnya adalah "Krim Sup Lobster", merupakan daging lobster dicampur jagung yang dimasak hingga mengeluarkan krim hangat nan lezat.
Kemudian, menu utamanya adalah "Ayam Lodho", yaitu irisan daging ayam kampung diusapi dengan keju lalu dikukus dan dicampur bumbu dinikmati bersama kentang tumbuk, saus lodho, urap, dan keripik tempe.
Menu lainnya adalah "Gegok Blencing", merupakan sushi lokal berisi irisan ikan laut kukus dibalut singkong serut yang direbus dengan santan dan bumbu khas Gegok.
Sebagai menu penutup disajikan "Puding Kopi Cincau", yaitu cincau dimasak bersama kopi hingga mengeluarkan aroma segar dan disajikan dengan kuah gula aren lokal.
Terakhir adalah "Rempah Bumi Sopal", merupakan rempah hasil bumi Menak Sopal dimasak perlahan selama satu jam.
“Ini menunya saya beri nilai bintang empat,” ucap salah seorang tamu ketika dimintai tanggapan oleh pembawa acara. Bahkan ada juga yang memberi nilai hingga bintang lima, usai menikmati makanan-makanan khas daerah setempat.
Penghargaan
Selain makan malam dan pertunjukan yang berlangsung semarak, di tempat sama juga diserahkan sejumlah penghargaan.
Trenggalek menjadi Kabupaten pertama penerima "Renewable Energy Certificate" (RECs) atas kerja samanya bersama PLN untuk memilih sumber listrik dari energi terbarukan.
Sertifikat ini diberikan oleh APX inc, sebagai operator dan administrator yang memiliki hak mengeluarkan sertifikat "Tradable Instruments for Global Renewable" (TIGRs) melalui PLN.
Di dalam sertifikat tersebut Pemkab Trenggalek melalui PLN memilih untuk mengelektrifikasi pendopo, perkantoran dan kegiatan semalam menggunakan energi listrik dari PLTA Cirata.
Oleh karena itu, Pemkab Trenggalek diganjar piagam penghargaan atas dedikasi dan dukungan terhadap pengembangan serta pemanfaatan energi baru terbarukan melalui Layanan PLN "Green Energy as a Service" (GEAS) – "Renewable Energy Certificate" (REC) pada pemakaian listrik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
Duta POI 2024
Dalam rangkaian HUT Ke-24 Apkasi juga dilakukan pemilihan grand final Putri Otonomi Indonesia (POI) 2024. Berlokasi di Pantai Pondok Prigi, Sabtu (8/6) malam, sebanyak 15 finalis memberikan penampilan dan bakat terbaiknya.
Perwakilan asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Raphaella Chayla Shaka menyabet juara pertama disusul posisi kedua atau runner up dari Kabupaten Minahasa Utara Rosanna M James.
Berikutnya runner up kedua dari tuan rumah Kabupaten Trenggalek Laili Soimaturohmah, serta perwakilan asal Kabupaten Dharmasraya Niken Gesdianlie di posisi runner up ketiga.
Menurut Mas Ipin, panggilan Mochamad Nur Arifin, para finalis POI merupakan talenta terpilih yang disaring melalui proses ketat dari ratusan kabupaten di Indonesia.
Pihaknya optimistis masa depan para finalis dan juara POI akan semakin cerah karena mereka memiliki talenta dan jejaring bagus.
Selain gala dinner dan grand final POI, rangkaian kegiatan lainnya adalah sepak bola pantai, dialog nasional, woman program, fun walk, hingga syukuran HUT ke-24 Apkasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024