Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono menyebut semangat perjuangan yang digelorakan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno atau Bung Karno harus terus dirawat sebagai modal menumbuhkan kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat.
"Itu sebabnya, bulan Juni dikenang sebagai Bulan Bung Karno. Mengutip pesan Bung Karno, kita warisi apinya! Jangan abunya," kata Adi melalui keterangannya yang diterima di Surabaya, Jumat.
Langkah menumbuhkan kesejahteraan itu pun kini terus direplikasi melalui segala bentuk kebijakan pemerintah, mulai tingkat daerah, provinsi, hingga nasional, termasuk di Kota Surabaya.
Adi menyatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyelaraskan antara semangat perjuangan Bung Karno dan dinamika persoalan yang muncul seiring perkembangan zaman.
Beberapa kebijakan yang disebutnya memiliki nilai pemikiran Soekarno, diantaranya pembebasan biaya pendidikan dan bantuan seragam bagi pelajar dari keluarga miskin di tingkat pendidikan SD Negeri dan SMP Negeri.
Kemudian, di bidang kesehatan pun sama, biaya pengobatan sudah gratis dan ditambah perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
Baca juga: DPRD Surabaya minta pemkot dan pemprov sinkronisasi garis pantai
Pemerintah dan warga masyarakat juga terus berjibaku mengentas kemiskinan, pembenahan kampung-kampung, perbaikan rumah tidak layak huni, dan membuka ruang publik bagi masyarakat.
"Surabaya terus tumbuh dan dijaga sebagai kota yang maju, nyaman, dan dihuni beragam penduduk. Toleransi dan gotong royong telah menjiwai Surabaya," ucap Cak Awi, sapaan akrabnya.
Selain itu, perjalanan Surabaya yang terkenal kental dengan semangat kepahlawanan tak bisa dilepaskan dari figur Soekarno.
Pasalnya Ibu Kota Jawa Timur merupakan tempat kelahiran "Putra Sang Fajar" julukan Soekarno, pada Juni 1901, tepatnya di kawasan Kampung Pandean Gang 4 Nomor 40.
Rumah kelahiran Bung Karno kini sudah menjadi museum, setelah Pemkot Surabaya membeli rumah tersebut saat Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia, pada 17 Agustus 2020.
Lokasi itu masih satu rangkaian wisata sejarah dengan rumah tokoh nasional Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang juga menjadi rumah kos Soekarno, di Jalan Peneleh Gang 7 nomor 29-31.
Baca juga: DPRD Surabaya: Revitalisasi THR-TRS optimalkan pergerakan dunia seni
"Bung Karno adalah arek suroboyo. Beliau lahir dan tumbuh di kota yang kultur masyarakatnya egaliter, blak-blakan, penuh persaudaraan. Karakter ini ikut membentuk dirinya, pikiran dan gagasannya," ucapnya.
Bahkan Adi juga mengatakan Bung Karno sudah menyebut Surabaya sebagai dapur nasionalisme Indonesia. Kota ini pun menjadi tempat pembentukan gagasan Indonesia di masa pemerintahan kolonial Belanda.
Lebih lanjut, kata dia, Surabaya tercatat dalam ingatan publik sebagai kota yang memainkan peran penting dalam pembentukan kesadaran sebagai bangsa merdeka, bebas dari belenggu penjajahan.
"Ada sejumlah peristiwa besar di Surabaya, salah satunya pertempuran 10 Nopember 1945 di awal kemerdekaan Indonesia, yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Pahlawan," tuturnya.
"Peristiwa heroik itu didahului dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit dan dicetuskannya Resolusi Jihad oleh para ulama, yang membakar perlawanan hebat dari rakyat terhadap tentara sekutu," lanjutnya.
Oleh karenanya, Cak Awi berharap semangat dari seorang Bung Karno terus hidup, sekalipun zaman terus berganti.
"Surabaya menyimpan banyak kisah perjuangan, kepahlawanan, dan narasi kebangsaan Indonesia ini menjadi modal penting untuk membangun kesadaran nasionalisme," ujar Cak Awi.
Baca juga: Ketua DPRD nilai Eri-Armuji mampu mengakselerasi pembangunan berkelanjutan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Itu sebabnya, bulan Juni dikenang sebagai Bulan Bung Karno. Mengutip pesan Bung Karno, kita warisi apinya! Jangan abunya," kata Adi melalui keterangannya yang diterima di Surabaya, Jumat.
Langkah menumbuhkan kesejahteraan itu pun kini terus direplikasi melalui segala bentuk kebijakan pemerintah, mulai tingkat daerah, provinsi, hingga nasional, termasuk di Kota Surabaya.
Adi menyatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyelaraskan antara semangat perjuangan Bung Karno dan dinamika persoalan yang muncul seiring perkembangan zaman.
Beberapa kebijakan yang disebutnya memiliki nilai pemikiran Soekarno, diantaranya pembebasan biaya pendidikan dan bantuan seragam bagi pelajar dari keluarga miskin di tingkat pendidikan SD Negeri dan SMP Negeri.
Kemudian, di bidang kesehatan pun sama, biaya pengobatan sudah gratis dan ditambah perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.
Baca juga: DPRD Surabaya minta pemkot dan pemprov sinkronisasi garis pantai
Pemerintah dan warga masyarakat juga terus berjibaku mengentas kemiskinan, pembenahan kampung-kampung, perbaikan rumah tidak layak huni, dan membuka ruang publik bagi masyarakat.
"Surabaya terus tumbuh dan dijaga sebagai kota yang maju, nyaman, dan dihuni beragam penduduk. Toleransi dan gotong royong telah menjiwai Surabaya," ucap Cak Awi, sapaan akrabnya.
Selain itu, perjalanan Surabaya yang terkenal kental dengan semangat kepahlawanan tak bisa dilepaskan dari figur Soekarno.
Pasalnya Ibu Kota Jawa Timur merupakan tempat kelahiran "Putra Sang Fajar" julukan Soekarno, pada Juni 1901, tepatnya di kawasan Kampung Pandean Gang 4 Nomor 40.
Rumah kelahiran Bung Karno kini sudah menjadi museum, setelah Pemkot Surabaya membeli rumah tersebut saat Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia, pada 17 Agustus 2020.
Lokasi itu masih satu rangkaian wisata sejarah dengan rumah tokoh nasional Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang juga menjadi rumah kos Soekarno, di Jalan Peneleh Gang 7 nomor 29-31.
Baca juga: DPRD Surabaya: Revitalisasi THR-TRS optimalkan pergerakan dunia seni
"Bung Karno adalah arek suroboyo. Beliau lahir dan tumbuh di kota yang kultur masyarakatnya egaliter, blak-blakan, penuh persaudaraan. Karakter ini ikut membentuk dirinya, pikiran dan gagasannya," ucapnya.
Bahkan Adi juga mengatakan Bung Karno sudah menyebut Surabaya sebagai dapur nasionalisme Indonesia. Kota ini pun menjadi tempat pembentukan gagasan Indonesia di masa pemerintahan kolonial Belanda.
Lebih lanjut, kata dia, Surabaya tercatat dalam ingatan publik sebagai kota yang memainkan peran penting dalam pembentukan kesadaran sebagai bangsa merdeka, bebas dari belenggu penjajahan.
"Ada sejumlah peristiwa besar di Surabaya, salah satunya pertempuran 10 Nopember 1945 di awal kemerdekaan Indonesia, yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Pahlawan," tuturnya.
"Peristiwa heroik itu didahului dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit dan dicetuskannya Resolusi Jihad oleh para ulama, yang membakar perlawanan hebat dari rakyat terhadap tentara sekutu," lanjutnya.
Oleh karenanya, Cak Awi berharap semangat dari seorang Bung Karno terus hidup, sekalipun zaman terus berganti.
"Surabaya menyimpan banyak kisah perjuangan, kepahlawanan, dan narasi kebangsaan Indonesia ini menjadi modal penting untuk membangun kesadaran nasionalisme," ujar Cak Awi.
Baca juga: Ketua DPRD nilai Eri-Armuji mampu mengakselerasi pembangunan berkelanjutan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024