Petenis Italia Jasmine Paolini akan menjadi petenis Italia ketiga di Era Open yang bermain di final Roland Garros, setelah unggulan ke-12 itu mengalahkan Mirra Andreeva yang berusia 17 tahun 6-3, 6-1 untuk mendapatkan tempat di final Grand Slam pertamanya melawan juara bertahan dua kali Iga Swiatek.
Paolini menjadi salah satu dari empat petenis putri Italia yang mencapai semifinal Roland Garros di Era Open bergabung dengan Francesca Schiavone (2010, 2011) dan Sara Errani (2012) dalam melaju ke perebutan gelar.
Dia juga menjadi petenis putri Italia pertama yang mencapai final tunggal Grand Slam sejak Flavia Pennetta dan Roberta Vinci bermain untuk gelar US Open 2015.
Baca juga: French Open: Swiatek melangkah ke final
"Senang rasanya bisa berada di final Grand Slam," kata Paolini usai pertandingan, seperti disiarkan WTA, Jumat.
"Saya sangat senang berada di posisi ini. Saya tidak pernah bermimpi untuk berada di final Grand Slam, dan saya di sini."
"Tentu saja, saya menyaksikan final Grand Slam. Saya menyaksikan petenis Italia lainnya mencapai final, dan juga menjuarai Grand Slam, namun membayangkan bahwa itu merupakan diri saya sendiri adalah hal yang sulit," ujar petenis berusia 28 tahun itu.
"Tentu saja, saya berharap, namun sekarang itu adalah sesuatu yang gila bagi saya. Saya sangat senang. Juga terkejut."
Paolini, yang memenangi ajang WTA 1000 pertamanya di Dubai awal musim ini, belum pernah melewati babak kedua French Open. Namun, dengan capaiannya tersebut ia akan menembus 10 besar dalam peringkat WTA pada Senin mendatang. Ia setidaknya akan berada di peringkat No.7 setelah Roland Garros berakhir.
Jika dia mengalahkan Swiatek untuk pertama kalinya dalam tiga pertemuan kariernya, dia akan menembus 5 besar.
Paolini berhasal membalas dendam pada Andreeva yang mengalahkannya bulan lalu di Madrid dalam satu-satunya pertemuan mereka sebelumnya. Penampilan komprehensif dalam satu jam 13 menit memungkinkannya melakukan hal itu.
Ia tidak pernah tertinggal di papan skor -- pertandingan hanya imbang 1-1 di pertandingan pembuka -- menyelamatkan keseluruhan enam break point yang dihadapinya, dan mematahkan servis Andreeva sebanyak empat kali.
Enam dari 10 kemenangan Paolini selama musim lapangan tanah liat terjadi di Roland Garros. Dia mencatatkan enam kemenangan di lapangan tanah liat di level WTA 250 atau lebih baik sepanjang tahun 2023.
Pertarungan semifinal tersebut dipastikan menghasilkan finalis baru Roland Garros setelah Paolini dan Andreeva masing-masing mengalahkan juara Grand Slam di perempat final, yaitu Elena Rybakina dan Aryna Sabalenka
Namun, Paolini yang berhasil memanfaatkan momen penting tersebut dengan lebih baik. Ia melakukan 14 winner dengan hanya 10 kesalahan sendiri dalam pertandingan tersebut, sementara Andreeva melakukan 29 kesalahan sendiri, dan 11 winner.
"Hari ini saya sangat gugup. Itu adalah pertandingan yang berbeda melawan Mirra dibandingkan melawan Elena. Saya kalah darinya satu bulan lalu, dan itu adalah pertandingan yang sangat sulit secara mental dan fisik karena dia sangat konsisten," ujar Paolini.
"Saya sangat gugup, tapi, Anda tahu, saya melangkah ke lapangan, dan saya mencoba memukul bola, bergerak cepat, berada di masa sekarang, bermain poin demi poin. Lalu ketika saya mematahkan servisnya di set pertama, saya mulai merasa lebih baik dan lebih baik."
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Paolini menjadi salah satu dari empat petenis putri Italia yang mencapai semifinal Roland Garros di Era Open bergabung dengan Francesca Schiavone (2010, 2011) dan Sara Errani (2012) dalam melaju ke perebutan gelar.
Dia juga menjadi petenis putri Italia pertama yang mencapai final tunggal Grand Slam sejak Flavia Pennetta dan Roberta Vinci bermain untuk gelar US Open 2015.
Baca juga: French Open: Swiatek melangkah ke final
"Senang rasanya bisa berada di final Grand Slam," kata Paolini usai pertandingan, seperti disiarkan WTA, Jumat.
"Saya sangat senang berada di posisi ini. Saya tidak pernah bermimpi untuk berada di final Grand Slam, dan saya di sini."
"Tentu saja, saya menyaksikan final Grand Slam. Saya menyaksikan petenis Italia lainnya mencapai final, dan juga menjuarai Grand Slam, namun membayangkan bahwa itu merupakan diri saya sendiri adalah hal yang sulit," ujar petenis berusia 28 tahun itu.
"Tentu saja, saya berharap, namun sekarang itu adalah sesuatu yang gila bagi saya. Saya sangat senang. Juga terkejut."
Paolini, yang memenangi ajang WTA 1000 pertamanya di Dubai awal musim ini, belum pernah melewati babak kedua French Open. Namun, dengan capaiannya tersebut ia akan menembus 10 besar dalam peringkat WTA pada Senin mendatang. Ia setidaknya akan berada di peringkat No.7 setelah Roland Garros berakhir.
Jika dia mengalahkan Swiatek untuk pertama kalinya dalam tiga pertemuan kariernya, dia akan menembus 5 besar.
Paolini berhasal membalas dendam pada Andreeva yang mengalahkannya bulan lalu di Madrid dalam satu-satunya pertemuan mereka sebelumnya. Penampilan komprehensif dalam satu jam 13 menit memungkinkannya melakukan hal itu.
Ia tidak pernah tertinggal di papan skor -- pertandingan hanya imbang 1-1 di pertandingan pembuka -- menyelamatkan keseluruhan enam break point yang dihadapinya, dan mematahkan servis Andreeva sebanyak empat kali.
Enam dari 10 kemenangan Paolini selama musim lapangan tanah liat terjadi di Roland Garros. Dia mencatatkan enam kemenangan di lapangan tanah liat di level WTA 250 atau lebih baik sepanjang tahun 2023.
Pertarungan semifinal tersebut dipastikan menghasilkan finalis baru Roland Garros setelah Paolini dan Andreeva masing-masing mengalahkan juara Grand Slam di perempat final, yaitu Elena Rybakina dan Aryna Sabalenka
Namun, Paolini yang berhasil memanfaatkan momen penting tersebut dengan lebih baik. Ia melakukan 14 winner dengan hanya 10 kesalahan sendiri dalam pertandingan tersebut, sementara Andreeva melakukan 29 kesalahan sendiri, dan 11 winner.
"Hari ini saya sangat gugup. Itu adalah pertandingan yang berbeda melawan Mirra dibandingkan melawan Elena. Saya kalah darinya satu bulan lalu, dan itu adalah pertandingan yang sangat sulit secara mental dan fisik karena dia sangat konsisten," ujar Paolini.
"Saya sangat gugup, tapi, Anda tahu, saya melangkah ke lapangan, dan saya mencoba memukul bola, bergerak cepat, berada di masa sekarang, bermain poin demi poin. Lalu ketika saya mematahkan servisnya di set pertama, saya mulai merasa lebih baik dan lebih baik."
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024