Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendorong petani setempat menerapkan konsep pertanian terintegrasi atau integrated farming system dengan memanfaatkan keterkaitan antara tanaman pangan dan ternak serta perikanan untuk mendukung produksi pertanian dalam satu lahan.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mencontohkan salah seorang petani di Desa Temuguruh Kecamatan Sempu, yakni Nuryanto berhasil mengembangkan pertanian terpadu.

"Ini contoh penerapan konsep pertanian yang berkelanjutan. Konsep pertanian terintegrasi seperti ini terbukti menguntungkan karena semua proses bertaninya saling berkaitan, antara tanaman pangan maupun peternakannya," kata Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Selasa.

Bupati Ipuk berharap konsep pertanian terintegrasi yang dilakukan Nuryanto bisa diterapkan oleh kelompok tani di Banyuwangi, dan diharapkan pula ilmu pertaniannya ditularkan ke petani lainnya.

Pemkab Banyuwangi terus akan mendorong konsep pertanian terpadu karena dinilai lebih ramah lingkungan serta mampu menekan biaya produksi petani.

"Dinas Pertanian dan Pangan juga telah memberikan pendampingan transfer ilmu dan teknologi kepada para petani, termasuk stimulan peralatan seperti chopper rumput untuk memudahkan membuat pakan fermentasi," kata Ipuk.

Sementara itu, petani di Desa Temuguruh, Nuryanto mengaky mengembangkan konsep pertanian terintegrasi di atas lahan miliknya seluas 7 hektare mengembangkan peternakan domba, budi daya lele, tanaman padi serta berbagai tanaman buah yang ditanam di pinggiran lahan.

"Ini sudah saya kembangkan sejak tahun 2021, dan awalnya terfikir ingin beralih ke pertanian organik agar sawah saya terjaga kelestariannya. Supaya tidak terkena bahan kimia terus," katanya.

Sejak itu pula, Nuryanto mulai belajar membuat pupuk organik secara mandiri untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Petani ini memelihara ternak domba, dengan harapan kotorannya bisa diolah menjadi pupuk.

Kotoran dan urine domba tersebut tidak dibuang begitu saja, melainkan diproses menjadi pupuk organik padat (dari kotoran) dan pupuk organik cair (dari urine).

Sedangkan air dari kolam ikan lele digunakan sebagai bahan pembuatan photosynthetic bacteria (PSB) yang dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman.

"Hasil proses limbah tersebut saya manfaatkan untuk pemupukan di sawah (tanaman Padi), sehingga bisa mengurangi dosis pemakaian pupuk kimia dan lebih hemat dan ramah lingkungan," kata Nuryanto menceritakan.

Selain untuk kebutuhan sendiri, Nuryanto juga menjual pupuk organik yang diproduksi, dan bahkan saat ini permintaan semakin banyak.

"Rata-rata petani hortikultura di sekitar desa ini membeli pupuk organik dari saya, ini menjadi tambahan penghasilan juga," ujar Nuryanto.

"Saya juga punya cara untuk memastikan stok pangan domba-domba dengan membuat fermentasi dari rumput gajah yang bisa tahan sampai tiga hari. Jadi, saya tidak perlu mengambil rumput setiap hari," tuturnya.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024