Bojonegoro - Jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro, Jatim, mewaspadai berkembangnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) di daerah setempat, karena musim hujan memberi peluang nyamuk Aedes aegypti berkembang biak lebih luas.
"Dengan bertambahnya air hujan, memberi peluang semakin luas nyamuk penyebab DBD berkembang biak, " kata Kepala Dinkes Bojonegoro, Harjono, Kamis.
Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD berkembang biak di air jernih, seperti air yang tertampung di pelepah pisang, pepohonan dan tempat lainnya, bukan di air keruh, seperti di got.
Karena itu, menurut dia, masyarakat pada musim hujan ini juga harus lebih waspada menghadapi kemungkinan berkembangnya penyakit DBD.
Masyarakat perlu melakukan gerakan 3 M yakni menguras tempat penampungan air, menutup bak penampungan air dan mengubur barang bekas yang bisa digenangi air di lingkungannya masing-masing.
Ia menilai, kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebaran nyamuk Aedes aegypti, sudah cukup tinggi, terbukti jumlah penderita DBD di Bojonegoro dalam dua tahun terakhir cenderung menurun.
Ia menyebutkan, pada 2011, jumlah penderita DBD sebanyak 106 orang, satu di antara penderita meninggal dunia. Jumlah itu menurun dibandingkan tahun 2010 dengan jumlah penderita DBD sebanyak 583 orang, delapan orang di antaranya meninggal dunia.
"Pada 2010 kita melakukan pengasapan 145 kali, tapi pada 2011 hanya melakukan pengasapan 42 kali karena menurunnya jumlah penderita DBD, " katanya.
Ia mengemukakan, penderita DBD harus segera mendapat penanganan agar tidak menimbulkan dampak yang fatal dengan mengenali gejala awal.
Gejala awal yang biasa terlihat pada penderita DBD yaitu pusing, mual, nyeri, dan muncul bintik-bintik merah di kulit. Dengan gejala awal itu penderita harus secepatnya dibawa berobat.
"Masyarakat tidak harus panik, begitu tahu ada gejala DBD, secepatnya penderita dibawa ke puskesmas, untuk mendapatkan pengobatan gratis, " katanya.
Meski penderita DBD cenderung menurun, pemantuan di daerah endemi DBD pada musim hujan semakin diperketat. Selain melakukan abatisasi di daerah yang rawan DBD, untuk membasmi jentik-jentik nyamuk penyebab DBD, juga melakukan pengasapan, begitu diketahui di satu daerah ditemukan positif penderita DBD.
Sesuai prosedur, kalau di suatu daerah ditemukan positif penderita DBD, pengasapan dilakukan dalam radius 100 meter dari kediaman penderita.
"Kami juga melakukan penyuluhan pencegahan DBD kepada warga masyarakat, sebab, pada musim hujan ini penyakit DBD berpotensi berkembang, kalau penanganannya tidak dilakukan dengan tepat, " jelasnya. (*).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011