RSUD dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur, membentuk tim kembar siam melibatkan banyak dokter spesialis dari lintasdisiplin ilmu untuk menangani bayi kembar siam dempet bokong (pygopagus) yang kini dirawat di ruang isolasi semi steril, instalasi Mawar.
Plt Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung dr. Kasil Rakhmat, di Tulungagung, Selasa, mengatakan, kendati operasi pemisahan nantinya akan dilakukan oleh tim kembar siam RSUP dr. Soetomo Surabaya, hal ini menjadi kesempatan bagi tim medis rumah sakit daerah milik Pemkab Tulungagung untuk belajar penanganan kasus bayi kembar siam hingga tahap operasi maupun pascaoperasi.
"Kemungkinan besar (operasi pemisahan) akan dilakukan di RSUP dr. Soetomo Surabaya. Tetapi bersama tim (medis) kami juga, karena ini juga sebagai bahan pembelajaran," kata dr. Kasil saat ditanya awak media terkait langkah lanjutan pascamenerima rujukan pasien bayi kembar siam dempet bokong dari RS Bhayangkara.
Opsi langkah medis lanjutan itu diambil dengan pertimbangan bahwa tim medis RDUD dr. Iskak secara profesional belum pernah menangani kasus serupa (operasi kembar siam).
Berbeda dengan RSUP dr. Soetomo Surabaya yang sudah memiliki tim kembar siam dan telah beberapa kali melakukan penanganan kasus serupa, bahkan dengan kasuistik yang lebih spesifik dan rumit.
"Kami tidak akan melakukan tindakan operasi pemisahan karena memang secara profesional kasusnya jarang, tim kita juga belum pernah melakukan operasi serupa sehingga kita tidak berani. Tim medis kami belum punya pengalaman menangani kasus kembar siam," katanya.
Selain ikut terlibat saat nantinya dilakukan operasi pemisahan, tim kembar siam lintasdisiplin yang dibentuk RSUD dr. Iskak akan bekerja ekstra untuk memastikan kondisi dan perkembangan bayi tetap baik sampai usia 8-12 bulan, di mana kedua balita akan dilakukan tindakan operasi pemisahan.
Langkah awal yang kini bakal dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara detail, terutama terkait dengan organ-organ yang masih satu, atau lengket atau yang belum terbentuk apa saja.
"Ini akan menjadi informasi bagi penanganan selanjutnya dan nanti saat operasi pemisahan. Dengan semua sumber daya yang kita punya, dengan alat-alat penunjang yang kita punya, dengan teknologi dari profesional kita punya Insya Allah kita bisa melakukan identifikasi atau asesmen pada bayi ini," ujar dia.
Pihaknya belum bisa memperkirakan detail pelaksanaan tindakan operasi yang akan dilakukan, karena secara teoritis operasi bakal dilakukan bertahap.
Hal itu karena ada beberapa organ yang hanya ada satu, sehingga saat operasi pemisahan perlu dilakukan penambahan organ atau rekayasa organ buatan pada salah satu bayi kembar siam dempet bokong itu.
"Untuk penentuan bayi yang menerima organ akan didiskusikan bersama keluarga dan komite etik medis. Tentu ini juga pertimbangan medis, organ tersebut lebih condong milik siapa," katanya.
RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung menerima rujukan penanganan bayi kembar siam. Bayi yang lahir pada 17 April 2024 itu mengalami dempet pada bagian pantat dan anus.
Menurut literatur kesehatan, kasus kelahiran bayi kembar siam tergolong kejadian sangat langka, karena rata-raya hanya terjadi satu kasus dari 250 ribu kelahiran hidup di seluruh dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Plt Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung dr. Kasil Rakhmat, di Tulungagung, Selasa, mengatakan, kendati operasi pemisahan nantinya akan dilakukan oleh tim kembar siam RSUP dr. Soetomo Surabaya, hal ini menjadi kesempatan bagi tim medis rumah sakit daerah milik Pemkab Tulungagung untuk belajar penanganan kasus bayi kembar siam hingga tahap operasi maupun pascaoperasi.
"Kemungkinan besar (operasi pemisahan) akan dilakukan di RSUP dr. Soetomo Surabaya. Tetapi bersama tim (medis) kami juga, karena ini juga sebagai bahan pembelajaran," kata dr. Kasil saat ditanya awak media terkait langkah lanjutan pascamenerima rujukan pasien bayi kembar siam dempet bokong dari RS Bhayangkara.
Opsi langkah medis lanjutan itu diambil dengan pertimbangan bahwa tim medis RDUD dr. Iskak secara profesional belum pernah menangani kasus serupa (operasi kembar siam).
Berbeda dengan RSUP dr. Soetomo Surabaya yang sudah memiliki tim kembar siam dan telah beberapa kali melakukan penanganan kasus serupa, bahkan dengan kasuistik yang lebih spesifik dan rumit.
"Kami tidak akan melakukan tindakan operasi pemisahan karena memang secara profesional kasusnya jarang, tim kita juga belum pernah melakukan operasi serupa sehingga kita tidak berani. Tim medis kami belum punya pengalaman menangani kasus kembar siam," katanya.
Selain ikut terlibat saat nantinya dilakukan operasi pemisahan, tim kembar siam lintasdisiplin yang dibentuk RSUD dr. Iskak akan bekerja ekstra untuk memastikan kondisi dan perkembangan bayi tetap baik sampai usia 8-12 bulan, di mana kedua balita akan dilakukan tindakan operasi pemisahan.
Langkah awal yang kini bakal dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara detail, terutama terkait dengan organ-organ yang masih satu, atau lengket atau yang belum terbentuk apa saja.
"Ini akan menjadi informasi bagi penanganan selanjutnya dan nanti saat operasi pemisahan. Dengan semua sumber daya yang kita punya, dengan alat-alat penunjang yang kita punya, dengan teknologi dari profesional kita punya Insya Allah kita bisa melakukan identifikasi atau asesmen pada bayi ini," ujar dia.
Pihaknya belum bisa memperkirakan detail pelaksanaan tindakan operasi yang akan dilakukan, karena secara teoritis operasi bakal dilakukan bertahap.
Hal itu karena ada beberapa organ yang hanya ada satu, sehingga saat operasi pemisahan perlu dilakukan penambahan organ atau rekayasa organ buatan pada salah satu bayi kembar siam dempet bokong itu.
"Untuk penentuan bayi yang menerima organ akan didiskusikan bersama keluarga dan komite etik medis. Tentu ini juga pertimbangan medis, organ tersebut lebih condong milik siapa," katanya.
RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung menerima rujukan penanganan bayi kembar siam. Bayi yang lahir pada 17 April 2024 itu mengalami dempet pada bagian pantat dan anus.
Menurut literatur kesehatan, kasus kelahiran bayi kembar siam tergolong kejadian sangat langka, karena rata-raya hanya terjadi satu kasus dari 250 ribu kelahiran hidup di seluruh dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024