Oleh Slamet Agus Sudarmojo Bojonegoro - Selama tahun 2011, eksplorasi dan eksploitasi migas Blok Cepu di Bojonegoro, Jatim, masih saja menimbulkan tanda tanya, paling tidak bagi sebagian pihak yang pesimis, pelaksanaannya bisa berjalan mulus. Ini mengingat berbagai permasalahan yang masih menghambat di lapangan, mulai pelaksanaan pembangunan proyek pembangunan fasilitas produksi minyak Blok Cepu tahap I senilai 750 juta dolar Amerika Serikat yang belum berjalan. Selain itu, juga berbagai permasalahan sosial yang bisa memicu molornya jadwal produksi puncak 165 ribu barel per hari yang ditarget bisa direalisasikan pada 2014. Produksi puncak dalam arti yang sesungguhnya, semua proyek pembangunan fasilitas produksi yang dilaporkan menelan dana Rp40 triliun, bisa tepat waktu dan produksi sudah berjalan yang dampaknya mampu menambah produksi minyak secara nasional sebesar 1 juta barel. "Saya memilih optimistis, produksi puncak minyak Blok Cepu 165 ribu barel per hari bisa direalisasikan, bahkan kemungkingan sudah bisa terwujud sebelum 2014," kata Menteri Energie dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, ketika peletakan batu pertama pembangunan fasilitas produksi minyak Blok Cepu tahap I di Bojonegoro, 6 Desember lalu. Penegasan Jero Wacik, yang di Bojonegoro didampingi Kepala BP Migas R Priyono, Gubernur Jatim Soekarwo, juga Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Presiden MCL Terry S. McPhail itu, berusaha meyakinkan kepada publik bahwa pencapaian produksi puncak minyak Blok Cepu itu, tidak sulit direalisasikan. Sepanjang, lanjutnya, berbagai pihak yang ada di Jatim dan Jateng tidak bertikai, bersedia bekerja sama dan semua pihak bekerja keras dalam pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi proyek Blok Cepu di Bojonegoro. Ia mencontoh, dalam proses perizinan pelaksanaan proyek minyak Blok Cepu dipermudah. Ia meminta, berbagai pihak lebih mengedepankan kepentingan Nasional, jangan mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok. "Ibaratnya jangan seperti ayam, ketika ada jagung disebarkan di depannya, antarayam saling 'totol-totolan', bukan berusaha memakan jagung yang ada," ucapnya, memberikan gambaran. Lebih jauh, Jero Wacik memberikan ilustrasi optimistis itu dengan surat yang pernah diterima dari seseorang yang sudah tua dari Jawa, sehari setelah dirinya dilantik menjadi Menteri ESDM pada 19 Oktober lalu. Isi surat tersebut yakni, menyangkut masa kejayaan dan keemasan Indonesia akan kembali terjadi karena kehadiran migas Blok Cepu. "Kencono rukmi Nusantara dimulai dari migas Blok Cepu," ucap Jero Wacik, berusaha mengutip surat yang diterima dari seseorang yang tidak disebutkan namanya itu. "Bumi Anglingdarma" Mengingat potensi migas yang ada di Bojonegoro, tidaklah terlalu berlebihan apabila harapan target produksi minyak secara Nasional sebesar 1 juta barel yang dipatok bisa direalisasikan pada 2013. Salah satu andalan mencapai target itu yakni mengandalkan potensi migas Blok Cepu yang kandungannya sebagian besar atau sekitar 95 persen lebih di bawah "Bumi Anglingdarma", Bojonegoro dan sisanya di Blora, Jawa Tengah. Sebagaimana dipaparkan Presiden MCL, lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem mengandung lebih dari 450 juta barel minyak dan direncanakan dapat memproduksi 165 ribu barel perhari. Dalam memproduksi minyak dengan mengoperasionalkan 49 sumur pada tiga anjungan sumur, sebuah fasilitas pengolahan pusat, pipa sepanjang 95 kilometer untuk mengalirkan minyak ke fasilitas penyimpanan dan alir muat terapung (floating storage and offloading/FSO) bermuatan 1,7 juta barel di lepas pantai Tuban. "Kapal tangker akan mengangkut minyak dari FSO tersebut ke pasar domestik dan dunia," ujar Jero Wacik, menambahkan. Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pembangunan fasitas produksi minyak Blok Cepu tahap I di Bojonegoro, secepatnya dimulai, untuk mengejar produksi minyak 1 juta barel. "Permintaan Presiden, sebelum 31 Desember pembangunan proyek Blok Cepu harus sudah bisa dimulai," ucapnya, menegaskan. Ia menjelaskan, Pemerintah mamasang target produksi minyak secara nasional bisa meningkat menjadi 1 juta barel pada 2013 yang sekarang ini hanya 905 ribu barel per hari. Salah satu yang sangat diharapkan dalam usaha meningkatkan produksi minyak secara nasional itu yakni dari produksi minyak Blok Cepu di Bojonegoro, yang produksi puncaknya bisa mencapai 165 ribu barel per hari. "Dengan adanya produksi minyak Blok Cepu, kalau lapangan minyak lainnya terjadi penurunan produksi, saya kira target 1 juta barel per hari bisa bisa tercapai," tuturnya. Menurut dia, Pemerintah, melalui Kementerian ESDM, akan terus mengawal perjalanan proyek pembangunan fasilitas produksi minyak Blok Cepu, tidak hanya tahap I, namun juga tahap II, III, IV dan V yang ditargetkan oleh MCL rampung dalam waktu 36 bulan. Langkah itu, lanjutnya, dilakukan sebagai usaha mempercepat rampungnya proyek pembangunan fasilitas produksi minyak Blok Cepu, sebelum 2014 yang menjadi target operator MCL. "Kami secara intensif akan terus melakukan pemantauan pelaksanaan pembangunan proyek minyak Blok Cepu," katanya, menegaskan. Ia meyakinkan, Pemerintah akan memperhatikan warga di sekitar proyek Blok Cepu baik di Bojonegoro dan Blora, Jawa Tengah. Misalnya, menyangkut keterlibatan tenaga kerja, juga para siswa yang berprestasi bisa menjalani pendidikan di Pusiklat Cepu, dan Perguruan Tinggi, dengan mendapatkan beasiswa. Penandandatanganan proyek minyak Blok Cepu tahap 1, sebenarnya sudah dilakukan pada 5 Agustus lalu di Jakarta, dengan kontraktor PT Tri Patra Jakarta. Namun, pelaksanaan di lapangan belum bisa dilakukan oleh kontraktor yang didukung perusahaan raksasa Samsung itu. Muatan lokal Sejumlah petugas PT Tri Patra yang melakukan survei di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem beberapa waktu lalu dihentikan Satpol PP Pemkab Bojonegoro. Bersamaan dengan itu, keluarlah Peraturan Daerah (Perda) No. 23 Tahun 2011 tentang muatan lokal. Dalam perda itu mematok kontraktor migas Blok Cepu harus melibatkan kontraktor, tenaga kerja dan potensi lokal, termasuk jasa lokal, dalam mengerjakan proyek minyak Blok Cepu."Kami lebih senang ramai di depan dibandingkan nanti dalam perjalanan pelaksanaan pekerjaan muncul masalah, kemudian menjadi ramai," kata Bupati Bojonegoro Suyoto, menjelaskan masalah munculnya perda muatan lokal itu. Suyoto mengakui, munculnya perda muatan lokal itu bisa menimbulkan kecurigaan berbagai pihak, termasuk masyarakat yang menuduh pemkab melalui BUMD PT Bangkit Bangun Sarana (BBS) ingin menguasai proyek migas Blok Cepu. "Kalau ada yang curiga wajar, ya kita lihat saja, sepanjang pelaksanaannya dilakukan secara terbuka saya kira kecurigaan itu akan hilang dengan sendirinya," paparnya. Sebagaimana pula diungkapkann Kepala Badan Perizinan Pemkab Bojonegoro, Bambang Waluyo, kontraktor minyak Blok Cepu ketika itu belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) maupun izin gangguan atau HO. "Kontraktor PT Tri Patra belum mengajukan IMB, kalau sekarang baru menerbitkan dua izin gangguan pembangunan jalan dan satu izin gangguan pembangunan fasilitas produksi," jelas Bambang. Dalam peletakan batu pertama pembangunan fasilitas produksi minyak Blok Cepu, Presiden MCL Terry S. McPhail mengumumkan, lima kontrak "engineering, procurement and construction" (EPC) kepada lima konsorsium, termasuk PT Tri Patra Jakarta, selaku pemenang tender proyek Blok Cepu tahap I. Kelima kontrak tersebut, termasuk kontrak fasilitas proses produksi, kontrak jalur pipa darat berdiameter 20 inci sepanjang 72 kilometer dan kontrak jalur pipa bawah laut serta menara tambat. Lainnya, kontrak fasilitas penyimpanan dan alir muat terapung, termasuk kontrak trasilitas infrastruktur dan waduk penampung air injeksi. Program pengumuman lima tahap proyek minyak Blok Cepu tersebut sebenarnya sudah molor beberapa bulan, sebab pada awal dilakukan tender beberapa waktu lalu, operator menjadwalkan pengumumanannya awal Januari 2011 lalu. Hal ini, tidak jauh berbeda dengan jadwal produksi awal minyak dari lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang ditargetkan Agustus 2009 lalu, terkesan dipaksakan. Dalam memproduksi awal minyak lapangan Banyu Urip itu, tidak berjalan secara normal, sebagaimana kewajaran dialirkan melalui pipa distribusi. Namun, penyaluran minyak dilakukan dengan memanfaatkan truk tangki dari lapangan Banyu Urip menuju lokasi penampungan di lapangan Mudi di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban. Bebeberapa bulan kemudian, produksi minyak sekitar 20 ribu barel per hari itu, baru bisa didistribusikan melalui pipa menuju lapangan Mudi dan sebagian lainnya didistribusikan ke kilang mini di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM). Permasalahan lain yang mengemuka dalam proyek minyak Blok Cepu yaitu, masih ada sejumlah warga yang tidak bersedia menandatangani surat persetujuan pembangunan proyek minyak itu. Di sejumlah desa di Kecamatan Ngasem, masih ada tujuh warga dan di Kecamatan Kalitidu, ada dua warga. "Tapi, operator berjanji mengusahakan mendapatkan surat persetujuan dari warga di ring I itu," kata Bambang dibenarkan Camat Kalitidu, Nurul Azizah. Termasuk, lanjut Bambang, berbagai permasalahan lainnya yang berpotensi menghambat pelaksanaan proyek Blok Cepu, juga diusahakan diselesaikan MCL, mulai tukar guling tanah kas desa di sejumlah desa di Kecamatan Ngasem dan Kalitidu yang luasnya diperkirakan mencapai 60 hektare. Juga, masalah permintaan warga yang meminta sejumlah situs yang ada tidak digusur, dan pembangunan lapangan sepak bola di Desa Gayam, Kecamatan Ngasem."MCL sudah mengurus berbagai permasalahan yang belum selesai," tutur Bambang, menjelaskan. Mengejar target produksi minyak secara Nasional sebesar 1 juta barel per hari pada 2013, memang terus diusahakan Pemerintah. Berbagai usaha yang dilakukan dengan mendorong pengelolaan minyak Blok Cepu dikebut produksinya, juga mencari cadangan sumber minyak baru yang ada di Tanah Air. Puncak produksi minyak secara Nasional yang pernah dicapai Indonesia dengan jumlah 1,5 juta barel per hari, memang masih jauh panggang dari api. Sebagaimana dituturkan Jero Wacik, melihat perkembangan potensi minyak yang ada di Tanah Air, besar kemungkinan dalam pengelolaan energi di Indonesia sudah waktunya fokusnya beralih ke gas. "Dengan mengeringnya lapangan minyak yang ada, sudah waktunya kita beralih ke gas bumi," katanya, menambahkan. Dan, migas Blok Cepu di Bojonegoro, akan kembali menjadi tumpuan, sebab lapangan Jambaran di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, yang diperkirakan memiliki potensi 1,3 triliun kaki kubik, masih belum disentuh sama sekali oleh MCL, anak perusahaan Exxon Mobil Oil Indonesia (EMOI) dari Amerika Serikat itu. (blok_cepu2007@yahoo.co.id)-(*).

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011