Tim dari Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tidak berhasil melihat kemunculan hilal penentu 1 Syawal 1445 Hijriah, karena faktor kondisi langit di wilayah setempat tertutup awan tebal, Selasa.
"Lintang minus 7 derajat, cuaca sedang tidak mendukung. Untuk kategori awannya ini tebal sehingga tidak memungkinkan," kata Dosen Ilmu Falaq UINSA Surabaya Elly Uzlifatul Jannah.
Elly juga menyebut jika mengacu pada data Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG), kondisi awan tebal sore ini, disebabkan faktor cuaca mendung dan hujan yang terjadi di Kota Surabaya pada pagi hari.
Elly menjelaskan prosesi rukyatul hilal yang dilaksanakan menggunakan metode hisab epheris atau mengolah data matahari dan bulan ketika konjungsi.
"Hasilnya, kami mendapatkan tinggi hilal 5.5 derajat, elongasi 8.8 derajat," ucap dia.
Laporan pemantauan hilal yang dilakukan oleh tim dari UINSA ini, selanjutnya langsung disampaikan ke Kementerian Agama (Kemenag), kemudian menjadi salah satu bahan untuk pelaksanaan sidang isbat.
"Kesaksian rukyatul hilal kemudian menjadi bahan disidangkan saat sidang isbat," ujarnya.
Sementara, dia pun berharap bahwa penampakan hilal penentuan 1 Syawal 1445 Hijriah bisa terlihat di daerah lain, sehingga umat Muslim di wilayah Tanah Air bisa merayakan Lebaran secara bersama-sama, pada Rabu (10/4).
"Kalau dari luar Jawa semoga bisa terlihat di Kupang, NTT. Tadi pagi ada laporan Bosscha lumayan cerah," katanya.
Pantauan ANTARA di lokasi, proses rukyatul hilal juga melibatkan belasan mahasiswa Ilmu Falaq UINSA yang sudah duduk berjajar sejak pukul 16.00 WIB.
Para mahasiswa tersebut juga mendapatkan materi terkait pelaksanaan penentuan Hari Raya Idul Fitri yang rutin dilakukan.
Tim pemantauan juga menjelaskan masing-masing fungsi alat yang digunakan untuk melaksanakan rukyatul hilal.
Belasan mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjajal fungsi setiap alat pemantau.
Tim Rukyat NU
Sementara itu, Tim Rukyatul Hilal
NU di sejumlah titik melaporkan telah berhasil melihat hilal awal bulan Syawal atau akhir Ramadhan 1445 H, Selasa petang.
Beberapa titik yang berhasil melihat hilal, diantaranya Tim Rukyat di Gedung RSI Siti Hajar Sidoarjo,
Tanjungkodok Lamongan, Masjid Denanyar Jombang, Tim Rukyat NU Tuban, Pondok Dalwa Raci Pasuruan, dan Tim Rukyat NU Mojokerto.
Ketua Lembaga Falakiyah NU Jawa Timur, HM. Shofiyulloh mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari sejumlah tim rukyat falaqiah NU di sejumlah daerah.
Gus Sofi juga memastikan telah dilakukan verifikasi oleh Kementerian Agama setempat, penyumpahan oleh Pengadilan Agama dan telah dilaporkan oleh PWNU Jawa Timur kepada PBNU untuk menjadi bahan penetapan dalam Sidang Isbat Kementerian Agama RI (9/4).
"Alhamdulillah, insyaAllah Rabu besok sudah 1 Syawal," tegasnya dalam siaran live Rukyatul Hilal TV9 di Kantor PWNU Jawa Timur.
Namun, tim rukyat di Balai Rukyat Bukit Condrodipo Gresik kali ini pun tidak berhasil melihat hilal karena cuaca mendung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Lintang minus 7 derajat, cuaca sedang tidak mendukung. Untuk kategori awannya ini tebal sehingga tidak memungkinkan," kata Dosen Ilmu Falaq UINSA Surabaya Elly Uzlifatul Jannah.
Elly juga menyebut jika mengacu pada data Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG), kondisi awan tebal sore ini, disebabkan faktor cuaca mendung dan hujan yang terjadi di Kota Surabaya pada pagi hari.
Elly menjelaskan prosesi rukyatul hilal yang dilaksanakan menggunakan metode hisab epheris atau mengolah data matahari dan bulan ketika konjungsi.
"Hasilnya, kami mendapatkan tinggi hilal 5.5 derajat, elongasi 8.8 derajat," ucap dia.
Laporan pemantauan hilal yang dilakukan oleh tim dari UINSA ini, selanjutnya langsung disampaikan ke Kementerian Agama (Kemenag), kemudian menjadi salah satu bahan untuk pelaksanaan sidang isbat.
"Kesaksian rukyatul hilal kemudian menjadi bahan disidangkan saat sidang isbat," ujarnya.
Sementara, dia pun berharap bahwa penampakan hilal penentuan 1 Syawal 1445 Hijriah bisa terlihat di daerah lain, sehingga umat Muslim di wilayah Tanah Air bisa merayakan Lebaran secara bersama-sama, pada Rabu (10/4).
"Kalau dari luar Jawa semoga bisa terlihat di Kupang, NTT. Tadi pagi ada laporan Bosscha lumayan cerah," katanya.
Pantauan ANTARA di lokasi, proses rukyatul hilal juga melibatkan belasan mahasiswa Ilmu Falaq UINSA yang sudah duduk berjajar sejak pukul 16.00 WIB.
Para mahasiswa tersebut juga mendapatkan materi terkait pelaksanaan penentuan Hari Raya Idul Fitri yang rutin dilakukan.
Tim pemantauan juga menjelaskan masing-masing fungsi alat yang digunakan untuk melaksanakan rukyatul hilal.
Belasan mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjajal fungsi setiap alat pemantau.
Tim Rukyat NU
Sementara itu, Tim Rukyatul Hilal
NU di sejumlah titik melaporkan telah berhasil melihat hilal awal bulan Syawal atau akhir Ramadhan 1445 H, Selasa petang.
Beberapa titik yang berhasil melihat hilal, diantaranya Tim Rukyat di Gedung RSI Siti Hajar Sidoarjo,
Tanjungkodok Lamongan, Masjid Denanyar Jombang, Tim Rukyat NU Tuban, Pondok Dalwa Raci Pasuruan, dan Tim Rukyat NU Mojokerto.
Ketua Lembaga Falakiyah NU Jawa Timur, HM. Shofiyulloh mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari sejumlah tim rukyat falaqiah NU di sejumlah daerah.
Gus Sofi juga memastikan telah dilakukan verifikasi oleh Kementerian Agama setempat, penyumpahan oleh Pengadilan Agama dan telah dilaporkan oleh PWNU Jawa Timur kepada PBNU untuk menjadi bahan penetapan dalam Sidang Isbat Kementerian Agama RI (9/4).
"Alhamdulillah, insyaAllah Rabu besok sudah 1 Syawal," tegasnya dalam siaran live Rukyatul Hilal TV9 di Kantor PWNU Jawa Timur.
Namun, tim rukyat di Balai Rukyat Bukit Condrodipo Gresik kali ini pun tidak berhasil melihat hilal karena cuaca mendung.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024