Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama dengan organisasi Siap Siaga melibatkan penyandang disabilitas dalam upaya mitigasi bencana di wilayah setempat.
 
Koordinator Program Siap Siaga Jatim Ancilla Bere di Surabaya, Selasa, mengatakan upaya yang dimulai dengan lokakarya pengenalan dan inisiasi Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) Jatim itu, hal penting karena bisa mendorong keterlibatan disabilitas serta adanya wadah untuk berkontribusi sesuai kemampuan mereka dalam mitigasi bencana.
 
"Dan juga agar proses-proses penguatan kapasitas, mempertimbangkan kebutuhan teman-teman dengan ragam disabilitas. Khususnya, penguatan kapasitas dalam kesiapsiagaan bencana, dalam tanggap darurat dan pasca bencana," katanya dalam lokakarya pengenalan dan inisiasi ULD-PB Jatim di Surabaya.
 
Selama ini, kata dia, sudah ada beragam kegiatan yang diinisiasi oleh berbagai lembaga, untuk terlibat dalam kerja penanggulangan bencana ketika ada tanggap darurat tetapi masih terbatas penugasan tertentu.
 
"Seperti yang kita ketahui, penanggulangan bencana bukan hanya tentang penanganan darurat saja, tetapi ada fase yang disebut, kesiapsiagaan, kemudian fase tanggap darurat dan fase tanggap bencana," ujarnya.
 
Dalam situasi bencana, kata dia, disabilitas menjadi salah satu kelompok yang rentan, karena memiliki ragam keterbatasan dan bisa membuat mereka terdampak secara signifikan, apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak responsif disabilitas.
 
Ia mengatakan informasi, layanan, dan sumber daya yang tersedia, seringkali tidak dapat diakses oleh kelompok disabilitas karena tidak ramah. Hal itu, juga berpotensi mengganggu hak-hak disabilitas dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

Oleh karena itu, ia menegaskan penting adanya keterlibatan disabilitas dalam penanganan bencana.
 
"Semua pihak perlu bekerja sama untuk memastikan semua kelompok masyarakat, termasuk disabilitas, mendapatkan akses dan kesempatan setara, sehingga dapat mengambil peran aktif dalam penanggulangan bencana," katanya.
 
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Bige Agus Wahjuono menekankan penyandang disabilitas harus didukung sehingga keberadaan dalam penanggulangan bencana bisa optimal.
 
Dia mengatakan kalangan disabilitas tidak boleh hanya dilihat dari segi kekurangan, karena mereka juga mempunyai kapasitas, salah satunya dalam penanggulangan bencana.
 
"Penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab kita semua. Dalam kondisi bencana, disabilitas terkadang menjadi orang-orang yang tersingkirkan, tidak diperhatikan, tetapi dalam lokakarya ini, sebagai pembentukan unit yang menjadi bagian dari penanggulangan bencana itu sendiri," ucapnya.
 
Sepanjang tahun 2023, terdapat 117 angka kejadian bencana di Jatim. Bencana itu, berdampak pada puluhan ribu keluarga. Berdasarkan hasil kajian risiko bencana Jatim, masih ada bencana yang berpotensi terjadi di Jatim tahun ini dan mendatang.

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024