Kediri - Nurul Khasanah (24), tenaga kerja Indonesia asal Dusun Tawang, Desa Sumberbendo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dikabarkan tewas di tempat majikannya bekerja di Arab Saudi. Zaenal Mustofa, suami Nurul, di Kediri, Minggu mengemukakan bahwa kabar kematian itu ia terima tiga hari setelah kejadian tersebut. Ia dihubungi oleh PJTKI tempat istrinya berangkat, yakni PT Bahtiar Ihwan di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. "Keluarga baru diberi kabar pada Sabtu (3/12) sore hari. Kami diberitahu oleh PJTKI tempatnya berangkat lewat telepon seluler," katanya mengungkapkan. Menurut keterangan dari PJTKI, istrinya itu jatuh dari rumah tempat ia bekerja. Namun, saat itu PJTKI tidak menjelaskan, penyebab jatuh istrinya tersebut. Ia hanya diberi kabar, jika istrinya sudah meninggal dunia. Ia mengaku aneh dengan informasi yang diberikan pihak PJTKI, tempat istrinya berangkat. Terakhir kali ia berhubungan lewat telepon seluler dengan istrinya pada Selasa (29/11) siang. Saat itu, istrinya bilang jika majikannya kasar. Bahkan, hal itu tidak dilakukan sekali saja, melainkan sudah beberapa kali, hingga ia sudah tidak betah. Bahkan, akibat dari kejadian itu, istrinya mengalami luka di bagian telinga, bahkan jalannya sampai sempoyongan. "Istri saya bilang dihajar Aziz (majikannya). Kondisinya sampai sulit untuk berjalan dan telinganya berdarah," kata Zaenal yang sempat memberikan rekaman pembicaraan dengan istrinya yang ia rekam di telepon seluler. Selain kasar, majikannya itu juga tega berbuat asusila pada istrinya. Kejadian itu berulangkali, dan paling sering dilakukan dalam dua bulan terakhir, sebelum istrinya meninggal dunia. Majikannya mendatangi kamarnya ketika seluruh penghuni rumah tertidur, dengan cara mengendap-endap. Ia juga mengatakan, selama ini istrinya sembunyi-sembunyi ketika ingin menyampaikan keluh kesah padanya. Biasanya, istrinya menghubunginya ketika rumah majikan sedang sepi. Namun pada kontak terakhir (Selasa, 29/11), teleponnya langsung ditutup dan mendadak. "Mungkin saat itu istri saya ketahuan juragannya waktu sedang telepon," ujar Zaenal memperkirakan. Mendengar itu, ia merasa sudah tidak sanggup lagi. Sebenarnya, ia ingin istrinya pulang ke rumah, namun ia masih baru saja berangkat bekerja menjadi TKI. Ia bahkan menghubungi PJTKI, tempat istrinya berangkat, tapi, belum ada kejelasan. Zaenal mengungkapkan, istrinya itu berangkat dari rumah pada Mei 2011 lalu secara resmi lewat PT Bahtiar Ihwan dengan tujuan Arab Saudi. Ia singgah di Balai Pembinaan PJTKI Jakarta sekitar satu bulan, sebelum akhirnya diberangkatkan bekerja sekitar Juni 2011. Saat ini, baru sekitar enam bulan istrinya itu bekerja di Arab Saudi. Ia sebenarnya tidak tega ketika melepas istrinya bekerja ke Arab Saudi. Namun, karena terkendala ekonomi keluarga, dan niatan istrinya untuk bekerja demi dua anak mereka, Muhamad Patrih (3) dan Neha Nurpia (1,5), ia akhirnya mengizinkannya berangkat. Pascakabar kematian tersebut, ia meminta agar jenazah istrinya dipulangkan. Namun, ia sempat curiga, karena saat itu pihak PJTKI sempat membujuknya agar jenazah dimakamkan di Abha, Riyadh, Arab Saudi. "Saat itu, kami tetap meminta jenzah dipulangkan. Kami ingin lihat jenazahnya," katanya berharap. Ia juga berharap, pemerintah membantu kepulangan jenazah istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya, walaupun sudah meninggal dunia. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011