Banyuwangi - Ratusan warga suku Osing di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar ritual adat "kebo-keboan" di desa setempat, Minggu. Dalam ritual tersebut, puluhan warga laki-laki didandani menyerupai kerbau (kebo) lengkap dengan tanduk dan lonceng di lehernya, kemudian mereka diarak keliling kampung sebagai ritual sakral untuk meminta berkah keselamatan dan wujud bersih desa. Tokoh adat desa setempat, Sahuni mengatakan, upacara adat kebo-keboan merupakan ritual rutin yang dilaksanakan warga Desa Alasmalang setiap bulan Muharam atau Suro (kalender Jawa) sebagai ungkapan rasa syukur. "Ritual kebo-keboan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat desa setempat atas hasil panen yang melimpah sekaligus sebagai upacara bersih desa, agar seluruh warga diberi keselamatan," katanya. Ritual tersebut muncul sejak abad ke-18 di Kabupaten Banyuwangi, dan tradisi kebo-keboan dilestarikan di dua tempat yakni di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, dan Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi. Menurut dia, ritual sakral tersebut berawal sejak 300 tahun lalu pada saat desa diserang wabah penyakit (pagebluk), kemudian mbah Karti mendapat "wangsit" agar melaksanakan ritual selamatan desa dengan ritual kebo-keboan yang hingga kini masih dilestarikan oleh warga Osing Banyuwangi. "Warga desa tidak berani meinggalkan ritual itu. Apabila tradisi kebo-keboan tidak dilaksanakan, maka tanaman warga akan diserang berbagai penyakit dan beberapa musibah lainnya," paparnya. Ia menjelaskan warga menggunakan kerbau dalam tradisi itu karena mayoritas masyarakat desa setempat berprofesi sebagai petani dan kerbau dinilai sangat membantu masyarakat pada saat bercocok tanam seperti membajak sawah. "Sebelum ritual tersebut dimulai, masyarakat desa terlebih dahulu menanam berbagai macam palawija dan hasil bumi lainnya di tengah jalan kampung," katanya. Kemudian puluhan warga yang didandani seperti kerbau menggelar prosesi membajak sawah dan menabur benih padi dan masyarakat memperebutkan benih yang disebar karena dipercaya bisa menghasilkan panen yang melimpah. "Para kerbau manusia seperti kesurupan dan mengejar siapapun yang mencoba mengambil bibit padi yang ditanam, namun warga justru berebut untuk mendapatkan bibit padi itu karena dipercaya bisa digunakan sebagai tolak bala dan keberuntungan," katanya menambahkan.*

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011