Kawah Ijen adalah salah satu tujuan wisata alam menarik di Jawa Timur, tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara. Kawah penghasil belerang yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dengan Bondowoso itu, menarik wisatawan karena aktivitas masyarakat menambang belerang dan mengangkutnya dengan pikulan ke luar kawah. Kawah yang terletak di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut itu menjanjikan wisata petualangan yang mengasyikkan. Semua kendaraan hanya sampai di kawasan Paltuding, tempat para penambang menimbang belerangnya. Setelah itu, wisatawan harus berjalan kaki naik ke atas kawah sejauh sekitar 3 km. Karena jalan yang menanjak, maka memerlukan kekuatan fisik yang prima untuk sampai di kawah. Maka, bagi mereka yang sebelumnya kurang suka berolahraga, disarankan untuk melatih fisik terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian. Tidak jarang, pengunjung yang hanya sampai di pertengahan kemudian menyerah dan kembali ke Paltuding karena tidak kuat berjalan di medan menanjak. Waktu yang paling tepat untuk menuju ke atas adalah di pagi buta agar tiba di tempat penambangan belerang tidak terlalu banyak asap. Semakin posisi matahari bergerak ke siang, asap di kawah itu semakin tebal, sehingga menyulitkan para pendaki. Dengan alasan keamanan, kawah itu ditutup untuk pengunjung mulai pukul 14.00. Aktivitas para penambang sejak tengah malam sudah mulai berlangsung hingga pagi beranjak siang. Di pagi buta, para lelaki pemburu belerang sudah sibuk membawa pikulan. Sementara yang sudah mendapatkan bongkahan belerang, pikulannya mengaluarkan bunyi khas, "kret kret...". Tidak tanggung-tanggung beban yang mereka.80 hingga 100 Kg. Kalau ditanya, mengapa mereka begitu kuat membawa beban seberat itu sambil naik turun, jawabnya adalah untuk suatu kewajiban laki-laki pada keluarga. Untuk ini, kita tentu menikmati wisata spiritual, betapa mereka adalah pahlawan bagi keluarga. Dalam perjalanan menuju kawah, pengunjung disuguhi panorama indah di kawasan tersebut dari ketinggian. Sementara di kawah bisa menikmati kekuasaan Tuhan, yakni belerang di lokasi itu tidak berhenti mengalir meski berebutan dengan penambang. Pekerjaan para penambang sendiri menjadi tontonan menarik bagi wisatawan. Mereka bergelut dengan asap belerang yang menyengat hidung. Karenanya setiap penambang selalu mengenakan masker pelindung. Pengunjung juga harus membekali diri dengan masker ini lho. Dengan ukuran kawah sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter, lokasi ini memang menjanjikan suasana yang menakjubkan untuk latar belakang foto. Maka ada juga yang memanfaatkan lokasi itu sebagai tempat untuk foto undangan pernikahan. O iya, hawa dingin yang menusuk tulang adalah bagian tak terpisahkan dari wisata petualangan kawah ini. Sehingga jaket harus menjadi priroritas bawaan para wisatawan ke lokasi itu. Pada saat matahari pagi menyinari kawah tersebut, menjadi pemandahan yang menakjubkan kawan. Kawah Ijen yang berwarna hijau kebiruan berpadu dengan cahaya mentari pagi keemasan akan memantul di kawah tersebut. Hampir lupa, di kawasan Paltuding, wisatawan juga bisa menyaksikan para pekerja meletakkan belerang yang mereka pikul dari kawah. Belerang itu kemudian dicairkan dengan cara dipanasi. Hal itu dilakukan untuk memisahkan belerang dari kotoran. Di Paltuding ini, wisatawan juga menikmati makanan yang disediakan warung-warung sederhana. Makanan dan minuman hangat sangat nikmat dikonsumsi saat hawa dingin. Untuk menuju Kawah Ijen, sedikitnya ada dua jalur yang bisa ditempuh, yakni melalui Bondowoso dan Banyuwangi. Namun, umumnya pengunjung melalui Bondowoso yang berjarak 50 Km lebih. Sementara jarak dari Surabaya ke Bondowoso sekitar 200 Km. Perjalanan dari Bondowoso ke Paltuding juga menjadi arena petualangan tersendiri karena kondisi jalan yang rusak parah. Informasinya, konsultan pariwisata asing merekomendasikan Dinas Pariwisata Bondowoso untuk tidak fokus pada perbaikan infrstruktur jalan itu dalam memajukan wisata Kawah Ijen. Si konsultan berhitung bahwa perbaikan kondisi jalan menghabiskan dana besar. Maka alternatifnya adalah membiarkan jalan apa adanya, tapi disediakan kendaraan khusus untuk medan berat. Kondisi jalan yang apa adanya, katanya menjadi daya tarik tersendiri bagi turis asing. Menuju ke Kawah Ijen bisa membawa kendaraan sendiri berupa motor atau mobil. Cuma sebaiknya, mungkin lebih tepat seharusnya, kendaraan yang dibawa harus tangguh agar tidak menemui masalah. Alternatif lain menuju ke Ijen adalah angkutan umum berupa kendaran Elf. Wisatawan bisa berbaur dengan aktivitas masyarakat yang menggunakan sarana angkutan umum ini. Menggunakan cara ini tentu lebih santai karena pengunjung tinggal menikmati liak liuk kendaraan menghindari bebatuan. Di tengah perjalanan, wisatawan akan menikmati suasana perkebunan kopi yang indah kehijauan. Perkebunan kopi di daerah Sempol ini ada sejak zaman penjajahan Belanda. Ijen dalam bahasa Jawa berati sendiri. Tapi untuk berwisata ke kawah itu jangan "ijenan" alias sendirian. Kurang asyik. Berangkatlah secara bersama-sama. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011