Sejumlah tim sukses (timses) dan petugas pemungutan suara di Kabupaten Ponorogo mengalami stres akut usai pencobloasan Pemilu 2024 yang ditandai gejala mual, pusing, hilang nafsu makan hingga sulit tidur.
Fakta ini disampaikan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD dr. Harjono Ponorogo, dr. Andri Nurdianasari, Jumat, mengacu data kunjungan pasiennya yang berlatar timses ataupun KPPS/PPS/PPK di Ponorogo, Jawa Timur.
"Totalnya ada sekitar 10 orang yang sudah konsultasi ke kami. Ada yang ke (tempat) praktik ada yang ke RS, macam macam ada yang timses ada juga yang PPPK," kata dr. Andri.
Rata-rata konsultasi kondisi psikis yang dialami pascapencoblosan. Beberapa pasien berlatar timses bahkan ada yang mengalami gejala paranoid, yang ditandai dengan munculnya rasa khawatir berlebihan bahkan mengarah pada munculnya rasa takut.
Andri menjelaskan dari hasil diagnosis serta konsultasi yang dilakukan mayoritas mereka mengalami tidak bisa tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan, sakit perut, mual, dan pusing.
"Kalau timses awalnya karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kalau KPPS itu karena beban kerja selama ini. Ada juga yang sampai paranoid," ujarnya.
Andri mengaku tidak mengetahui secara pasti pasiennya tersebut merupakan dari timses mana atupun KPPS mana. Tetapi, setiap konsultasi pasiennya bercerita awal gejala yang dialami.
"Kurang tahu saya timses apa, yang jelas saat ngobrol baru tahu oh dari ini dan dari ini," katanya.
Lebih lanjut, menurutnya apa yang dialami oleh timses dan KPPS terus masuk dalam kategori sedang. Biasanya untuk pengobatan harus melakukan rawat jalan hingga rawat inap sesuai dengan kondisinya.
Namun, sebagian besar dari mereka hanya menjalani rawat jalan dan cukup minum obat.
"Masuk kategori sedang, tidak sampai yang teriak teriak atau di luar kendali. Kalau rawat inap biasanya karena ada penyakit lainnya," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Fakta ini disampaikan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD dr. Harjono Ponorogo, dr. Andri Nurdianasari, Jumat, mengacu data kunjungan pasiennya yang berlatar timses ataupun KPPS/PPS/PPK di Ponorogo, Jawa Timur.
"Totalnya ada sekitar 10 orang yang sudah konsultasi ke kami. Ada yang ke (tempat) praktik ada yang ke RS, macam macam ada yang timses ada juga yang PPPK," kata dr. Andri.
Rata-rata konsultasi kondisi psikis yang dialami pascapencoblosan. Beberapa pasien berlatar timses bahkan ada yang mengalami gejala paranoid, yang ditandai dengan munculnya rasa khawatir berlebihan bahkan mengarah pada munculnya rasa takut.
Andri menjelaskan dari hasil diagnosis serta konsultasi yang dilakukan mayoritas mereka mengalami tidak bisa tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan, sakit perut, mual, dan pusing.
"Kalau timses awalnya karena hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kalau KPPS itu karena beban kerja selama ini. Ada juga yang sampai paranoid," ujarnya.
Andri mengaku tidak mengetahui secara pasti pasiennya tersebut merupakan dari timses mana atupun KPPS mana. Tetapi, setiap konsultasi pasiennya bercerita awal gejala yang dialami.
"Kurang tahu saya timses apa, yang jelas saat ngobrol baru tahu oh dari ini dan dari ini," katanya.
Lebih lanjut, menurutnya apa yang dialami oleh timses dan KPPS terus masuk dalam kategori sedang. Biasanya untuk pengobatan harus melakukan rawat jalan hingga rawat inap sesuai dengan kondisinya.
Namun, sebagian besar dari mereka hanya menjalani rawat jalan dan cukup minum obat.
"Masuk kategori sedang, tidak sampai yang teriak teriak atau di luar kendali. Kalau rawat inap biasanya karena ada penyakit lainnya," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024