Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim program hilirisasi industri pertambangan dapat menekan angka kemiskinan di daerah.
Ia pun mencontohkan program hilirisasi yang dilakukan di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berhasil menekan angka kemiskinan.
Pada 2015, kata angka kemiskinan di Sulteng pada 2015 mencapai 14,7 persen, namun setelah adanya hilirisasi menurun menjadi 12,4 persen di 2023.
"Kita lihat data 2015 itu kemiskinan di sana 14,7 persen. Nah, data 2023 itu 12,4 persen. Jadi, turun kemiskinan di sana dari 14,7 ke 12,4 persen," kata Luhut melalui video di akun Instagram pribadi yang terverifikasi @luhut.pandjaitan dipantau di Jakarta, Kamis
Selanjutnya, ia juga merinci data kemiskinan, khusus untuk Kabupaten Morowali sendiri. Ia mengungkapkan bahwa pada 2015 angka kemiskinan di sana 15,8 persen, namun menurun menjadi 12,3 persen pada 2023.
"Kemudian kalau di Morowali kita lihat 2015 itu 15,8 persen kemiskinan dan 2023 ini kita lihat 12,3 persen kemiskinan," ucap Luhut.
Ia juga mengungkapkan bahwa berkat program hilirisasi, ada salah satu politeknik yang didirikan di Morowali yang berfokus pada industri logam.
Bahkan, kata Luhut, mahasiswanya ada yang dikirim langsung ke China untuk belajar dan saat ini menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter.
"Sekarang sudah ada politeknik yang didirikan di situ. Itu menurut saya bagus dan guru-gurunya juga class-class ada yang dari ITB, ada yang dari UI yang kita ajak untuk mengajar di sana dan mereka langsung praktik di industrinya dan malah ada yang dikirim ke China untuk belajar teknologi yang lebih advance lagi dan sekarang mereka bekerja menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter di Sulawesi," katanya.
Oleh karena itu, Luhut juga menekankan bahwa proses suatu industri juga tidak lepas dari pada kualitas pendidikan.
"Kita kan mana pernah punya politeknik bermutu di luar Jawa sebelumnya," ujar Luhut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Ia pun mencontohkan program hilirisasi yang dilakukan di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berhasil menekan angka kemiskinan.
Pada 2015, kata angka kemiskinan di Sulteng pada 2015 mencapai 14,7 persen, namun setelah adanya hilirisasi menurun menjadi 12,4 persen di 2023.
"Kita lihat data 2015 itu kemiskinan di sana 14,7 persen. Nah, data 2023 itu 12,4 persen. Jadi, turun kemiskinan di sana dari 14,7 ke 12,4 persen," kata Luhut melalui video di akun Instagram pribadi yang terverifikasi @luhut.pandjaitan dipantau di Jakarta, Kamis
Selanjutnya, ia juga merinci data kemiskinan, khusus untuk Kabupaten Morowali sendiri. Ia mengungkapkan bahwa pada 2015 angka kemiskinan di sana 15,8 persen, namun menurun menjadi 12,3 persen pada 2023.
"Kemudian kalau di Morowali kita lihat 2015 itu 15,8 persen kemiskinan dan 2023 ini kita lihat 12,3 persen kemiskinan," ucap Luhut.
Ia juga mengungkapkan bahwa berkat program hilirisasi, ada salah satu politeknik yang didirikan di Morowali yang berfokus pada industri logam.
Bahkan, kata Luhut, mahasiswanya ada yang dikirim langsung ke China untuk belajar dan saat ini menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter.
"Sekarang sudah ada politeknik yang didirikan di situ. Itu menurut saya bagus dan guru-gurunya juga class-class ada yang dari ITB, ada yang dari UI yang kita ajak untuk mengajar di sana dan mereka langsung praktik di industrinya dan malah ada yang dikirim ke China untuk belajar teknologi yang lebih advance lagi dan sekarang mereka bekerja menjadi bagian dari pembangunan proyek smelter di Sulawesi," katanya.
Oleh karena itu, Luhut juga menekankan bahwa proses suatu industri juga tidak lepas dari pada kualitas pendidikan.
"Kita kan mana pernah punya politeknik bermutu di luar Jawa sebelumnya," ujar Luhut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024