Lamongan - Bupati Lamongan, Jawa Timur, Fadeli, berharap sistem resi gudang (SRG) dapat menjadi solusi menciptakan kestabilan harga hasil panen dan tercukupinya pembiayaan usaha petani. "Saya berharap, setelah semua sudah siap, sistem resi gudang ini segera dioperasionalkan dengan optimal," katanya dalam sosialisasi pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) kepada para petani di Lamongan, Selasa. Hadir dalam kesempatan itu Yuli Edi Subagio dari Biro Pasar dan Fisik pada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, selaku Badan Pengawas SRG. Menurut Fadeli, dengan segera dioperasikannya gudang yang disiapkan untuk pelaksanaan SRG di Lamongan, para petani juga tahu fungsi dan tujuan SRG serta bisa segera merasakan manfaatnya. Gudang untuk pelaksanaan SRG di Lamongan dibangun di Desa Bakalanpule, Kecamatan Tikung, dengan dana alokasi khusus sebesar Rp5,2 miliar. Gudang itu terdiri gudang induk,lantai jemur serta dilengkapi fasilitas pengering. Lamongan merupakan satu di antara lima daerah di Jawa Timur yang tahun ini menerima bantuan pembangunan gudang untuk pelaksanaan SRG. Daerah lainnya adalah Blitar, Probolinggo, Situbondo dan Tuban. Fadeli mengemukakan, permasalahan petani pada setiap panen raya adalah harga produksi panen yang rendah bahkan anjlok. Sementara, lanjutnya, petani pada saat yang bersamaan membutuhkan dana untuk menutupi modal dan kebutuhan rumah tangganya segera. Karena itu, ia berharap SRG bisa menjadi alternatif pemecahan masalah petani untuk mendapatkan dana dan harga hasil panen pun stabil, karena dapat disimpan di gudang. "Keberhasilan sistem resi gudang, diharapkan akan mendukung perbaikan kualitas hidup petani, mengurangi kemiskinan dan memberikan perbaikan perekonomian petani," ujarnya. Resi gudang ("warehouse receipt") adalah dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di suatu gudang terdaftar secara khusus yang diterbitkan oleh pengelola gudang itu. Sedangkan SRG adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang (RG). Cepat dan Mudah Sementara itu, Yuli Edi Subagio dari Biro Pasar dan Fisik Bappebti, Kementerian Perdagangan, selaku Badan Pengawas SRG, menjelaskan dengan SRG petani akan mendapatkan harga jual yang lebih baik karena bisa menunda waktu penjualan. SRG, menurut dia, juga akan mendorong petani berusaha dalam kelompok, sehingga meningkatkan nilai tawar mereka. Selain itu, petani juga bisa mendapatkan pembiayaan dengan cara cepat dan mudah. Dengan menempatkan produksi pertaniannya di gudang, petani akan menerima tanda kepemilikan barang berupa dokumen resi gudang atau RG. "Dokumen RG ini bisa digunakan dalam transaksi di perbankan. RG dapat sebagai agunan saat pengajuan kredit di perbankan," ungkapnya. Ia menjelaskan, Kementerian Perdagangan telah menetapkan Skema Subsidi Resi Gudang atau S-SRG yang mengatur teknis pelaksanaan SRG. S-SRG tersebut bertujuan untuk memfasilitasi petani maupun kelompok tani memperoleh pembiayaan dari bank pelaksana dengan memanfaatkan RG sebagai jaminan. Dalam S-SRG itu, plafon paling tinggi ditetapkan sebesar 70 persen dari nilai RG yang dimiliki. Sedangkan batas tertinggi nilai komoditi yang dimiliki petani selaku peserta S-SRG paling besar Rp75 juta. Yuli mengakui, salah satu kendala penerapan SRG ini adalah belum semua komoditas di daerah yang diresigudangkan. Berdasarkan Permendag No 26/M-Dag/Per/2007, barang yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan SRG adalah gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet dan rumput laut. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011