Kediri - Kantor Bank Indonesia (KBI) Kediri menyita 2.833 lembar uang palsu atau senilai Rp226.825.000 juta dengan berbagai nominal dari terkecil Rp5.000 hingga Rp100.000, yang terhitung sampai Oktober 2011. Deputi Sistim Pembayaran dan Manajemen Intern Bank Indonesia Kediri Dery Russianto, Senin mengemukakan bahwa temuan uang palsu itu banyak beredar di tingkat pedagang kecil. "Mereka menjadi sasaran mudah peredaran uang palsu," katanya. Dery memprediksi, sasaran para pedagang kecil itu dimungkinkan karena fasilitas mereka yang punyai untuk mengenali keaslian uang masih terbatas, terutama pecahan besar, Rp50.000 sampai Rp100.000. Biasanya, para pemilik toko memanfaatkan lampu ultraviolet untuk mengenali asli atau palsu uang tersebut. "Mungkin mereka belum punya alat. Selain itu, dimungkinkan mereka juga belum mengetahui dengan pasti perbedaan uang asli dan palsu," ucapnya. Ia menyebut, selama ini uang palsu yang beredar nominalnya bervaritif, mulai pecahan kecil Rp5.000. Namun, rata-rata pecahan uang palsu yang ditemukan nominalnya pecahan besar di atas Rp20.000. "Mereka mungkin rugi jika uang yang diedarkan nominalnya kecil, jadinya lebih memilih yang besar," ucapnya. Dery juga mengatakan jumlah uang palsu yang beredar itu tiap tahun mengalami mengalami kenaikan. Pada 2009 jumlah uang palsu yang disita BI mencapai 1.443 lembar dengan nominal Rp98.550.000, naik pada 2010, dimana jumlah uang yang beredar mencapai 2.791 lembar dengan nominal Rp211.175.000 juta. Pihaknya mengakui, semakin canggih teknologi yang dibuat pemerintah untuk memperbarui sistim keamanan di mata uang Indonesia ini, para pengedar pun juga mempunyai banyak cara untuk mencetak uang palsu. Ia tetap menekankan agar masyarakat juga hati-hati dengan uang yang baru, agar selalu diteliti, minimal dengan 3 D yaitu dilihat, diraba, dan diterawang. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011