Paris (ANTARA) - Indonesia merupakan laboratorium yang sangat unik bagi keragaman budaya dengan kekayaan lebih dari jumlah suku dan bahasa daerah yang dimiliki sehingga tidak berlebihan jika Indonesia diminta memberikan pandangan oleh badan PBB yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya mengenai pelestarian dan pengembangan keragaman budaya. Ketua harian Komisi Nasional untuk United Nations Education, scientific and cutural organization (UNESCO) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arief Rahman di Paris, Selasa, mengatakan kekayaan 500 suku dengan 700 bahasa daerah dan pulau yang lebih dari 1.000 membuat Indonesia memiliki khasanah budaya yang beragam. "Dalam pandangan UNESCO hal tersebut merupakan kedahsyatan bagaimana Indonesia bisa mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keutuhan bangsa padahal memiliki suku yang berbeda-beda," katanya menjelaskan mengapa dalam sesi khusus peringatan 10 tahun deklarasi keberagaman budaya UNESCO mengundang Presiden Susilo Bambang Yudhyono sebagai salah satu pembicara. Arief mengatakan Indonesia dengan upaya-upaya yang dilakukan selama ini dipandang oleh UNESCO dapat menjadi contoh bagaimana keragaman budaya bisa menjadi kunci dan modal utama sebuah bangsa untuk maju. Ia berpendapat ketika pihak internasional menghargai keragaman budaya yang dimiliki Indonesia, sudah sepantasnya berbagai pihak di Indonesia juga menilai keragaman budaya dan latar belakang sebagai sebuah aset yang patut dijaga dan dikembangkan. "Kadang-kadang orang yang didalam rumah tidak bisa melihat kekuatan rumah. Jadi apa yang harus dilakukan bangsa dan negara termasuk rakyatnya adalah sosialisasi tentang kekuatan bangsa Indonesia ini. Lalu keyakinan dan kesadaran bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang besar," katanya kepada wartawan. Arief menjelaskan peran pemerintah dalam mengembangkan dan melestarikan budaya juga cukup penting, mengingat budaya dapat digunakan sebagai salah satu langkah diplomasi dengan nilai-nilai kedaulatan negara di dalamnya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011