Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa anak-anak harus sehat dan pintar untuk mencapai Indonesia yang lebih maju dalam menyongsong bonus demografi.
"Rata-rata pendapatan rakyat Indonesia harus Rp15 juta (per bulan) untuk bisa masuk ke negara maju. Untuk mencapai itu, rumusnya ada dua, anak-anak Indonesia mesti sehat dan pintar," kata Menkes Budi dalam peluncuran perangkat ajar kesehatan yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan, anak-anak menjadi kunci yang sangat menentukan masa depan bangsa, sesuai cita-cita Presiden Joko Widodo untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
"Dalam sejarah bangsa-bangsa di seluruh dunia, ada waktu tertentu dimana mereka bisa menjadi negara maju, ini terjadi saat puncak bonus demografi, karena pada saat itulah banyak orang dengan populasi usia produktif. Kalau ini terlewati, Indonesia kecil kemungkinannya bisa masuk jadi negara maju," ujar dia.
Ia menegaskan, untuk menjadi negara yang tidak terjebak dalam pendapatan kelas menengah, dan mencapai pendapatan Rp15 juta per bulan, anak-anak Indonesia perlu diajarkan untuk hidup sehat sejak dini.
"Kalau saya bilang ke Mas Nadiem (Mendikbudristek), sehat dulu baru pintar, karena kalau enggak sehat, misalnya stunting, jadi enggak pintar. Kalau dia pintar tapi enggak sehat, berbaring di rumah sakit, ya enggak ada gunanya juga," ucap Menkes.
Baca juga: Menteri Budi Gunadi instruksikan percepat produksi dokter spesialis
Ia mengemukakan, kesempatan paling besar untuk mencapai bonus demografi yakni dengan intervensi di bidang kesehatan dan pendidikan yang mesti dilakukan dalam tujuh tahun yang akan datang, mengingat puncak bonus demografi Indonesia terjadi di tahun 2030.
"Kalau dalam tujuh tahun lagi negara kita tidak bisa mencapai itu, kita bisa terjebak selamanya menjadi negara berkembang. Untuk itu, Intervensi yang paling benar adalah menjaga agar tetap sehat, bukan mengobati orang sakit," tuturnya.
Menurut dia program-program pemerintah untuk mendukung masyarakat yang lebih sehat perlu lebih diarahkan ke promotif dan preventif.
"Menjaga orang sehat itu ada dua, satu, orangnya mesti tahu dan dididik bagaimana hidup sehat (promotif), kedua, dia mesti berperilaku, bertindak, dan hidup dengan gaya sehat (preventif)," kata dia.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya bahan ajar tentang kesehatan yang berkolaborasi dengan Kemendikbudristek dan Kemenag ini, untuk mendukung anak-anak sehat menuju Indonesia Emas 2045.
"Sehat itu mesti diajari bagaimana lingkungannya sehat, sanitasinya bagus, ini yang pertama. Kedua, makanan juga harus sehat, minum susu, jangan susu kental manis, jangan kebanyakan gula, jangan lemak-lemak. Ketiga adalah perilaku, olahraga, bagaimana menjaga agar tidak obesitas (kegemukan)," paparnya.
Menkes Budi juga mengucapkan apresiasi kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang telah memberikan kesempatan untuk memasukkan bahan ajar untuk hidup sehat kepada para siswa.
"Saya berharap, kalau anak-anak kita tadi sudah mengetahui bagaimana menjaga agar tetap hidup sehat, mereka akan jauh lebih produktif. Kalau mereka produktif, di tahun 2030 mereka bisa mendorong rata-rata pendapatan per kapita di atas Rp15 juta per tahun," katanya.
Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan dukungannya terhadap peluncuran bahan ajar tentang kesehatan di lingkungan pendidikan ini.
"Kemenag selain mengemban untuk tugas-tugas keagamaan, juga tugas-tugas pendidikan. Bahan ajar ini penting karena anak-anak kita harus menjadi generasi yang bisa diandalkan dan bisa memanfaatkan bonus demografi yang sebentar lagi akan Indonesia dapatkan," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Rata-rata pendapatan rakyat Indonesia harus Rp15 juta (per bulan) untuk bisa masuk ke negara maju. Untuk mencapai itu, rumusnya ada dua, anak-anak Indonesia mesti sehat dan pintar," kata Menkes Budi dalam peluncuran perangkat ajar kesehatan yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.
Ia menegaskan, anak-anak menjadi kunci yang sangat menentukan masa depan bangsa, sesuai cita-cita Presiden Joko Widodo untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
"Dalam sejarah bangsa-bangsa di seluruh dunia, ada waktu tertentu dimana mereka bisa menjadi negara maju, ini terjadi saat puncak bonus demografi, karena pada saat itulah banyak orang dengan populasi usia produktif. Kalau ini terlewati, Indonesia kecil kemungkinannya bisa masuk jadi negara maju," ujar dia.
Ia menegaskan, untuk menjadi negara yang tidak terjebak dalam pendapatan kelas menengah, dan mencapai pendapatan Rp15 juta per bulan, anak-anak Indonesia perlu diajarkan untuk hidup sehat sejak dini.
"Kalau saya bilang ke Mas Nadiem (Mendikbudristek), sehat dulu baru pintar, karena kalau enggak sehat, misalnya stunting, jadi enggak pintar. Kalau dia pintar tapi enggak sehat, berbaring di rumah sakit, ya enggak ada gunanya juga," ucap Menkes.
Baca juga: Menteri Budi Gunadi instruksikan percepat produksi dokter spesialis
Ia mengemukakan, kesempatan paling besar untuk mencapai bonus demografi yakni dengan intervensi di bidang kesehatan dan pendidikan yang mesti dilakukan dalam tujuh tahun yang akan datang, mengingat puncak bonus demografi Indonesia terjadi di tahun 2030.
"Kalau dalam tujuh tahun lagi negara kita tidak bisa mencapai itu, kita bisa terjebak selamanya menjadi negara berkembang. Untuk itu, Intervensi yang paling benar adalah menjaga agar tetap sehat, bukan mengobati orang sakit," tuturnya.
Menurut dia program-program pemerintah untuk mendukung masyarakat yang lebih sehat perlu lebih diarahkan ke promotif dan preventif.
"Menjaga orang sehat itu ada dua, satu, orangnya mesti tahu dan dididik bagaimana hidup sehat (promotif), kedua, dia mesti berperilaku, bertindak, dan hidup dengan gaya sehat (preventif)," kata dia.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya bahan ajar tentang kesehatan yang berkolaborasi dengan Kemendikbudristek dan Kemenag ini, untuk mendukung anak-anak sehat menuju Indonesia Emas 2045.
"Sehat itu mesti diajari bagaimana lingkungannya sehat, sanitasinya bagus, ini yang pertama. Kedua, makanan juga harus sehat, minum susu, jangan susu kental manis, jangan kebanyakan gula, jangan lemak-lemak. Ketiga adalah perilaku, olahraga, bagaimana menjaga agar tidak obesitas (kegemukan)," paparnya.
Menkes Budi juga mengucapkan apresiasi kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang telah memberikan kesempatan untuk memasukkan bahan ajar untuk hidup sehat kepada para siswa.
"Saya berharap, kalau anak-anak kita tadi sudah mengetahui bagaimana menjaga agar tetap hidup sehat, mereka akan jauh lebih produktif. Kalau mereka produktif, di tahun 2030 mereka bisa mendorong rata-rata pendapatan per kapita di atas Rp15 juta per tahun," katanya.
Sementara itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan dukungannya terhadap peluncuran bahan ajar tentang kesehatan di lingkungan pendidikan ini.
"Kemenag selain mengemban untuk tugas-tugas keagamaan, juga tugas-tugas pendidikan. Bahan ajar ini penting karena anak-anak kita harus menjadi generasi yang bisa diandalkan dan bisa memanfaatkan bonus demografi yang sebentar lagi akan Indonesia dapatkan," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023