Surabaya - Atlet tenis lapangan dari Pusat Pendidikan dan Latihan Semen Gresik mengeluhkan fasilitas latihan yang tidak sesuai dengan janji dari pengurus dan Pengprov Pelti Jawa Timur. Sejumlah petenis Pusdiklat Semen Gresik yang dihubungi di Surabaya, Senin, mengungkapkan bahwa beberapa kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian saat dimulainya program itu, hingga kini banyak yang tidak terealisasi. Kesepakatan itu antara lain seragam latihan, peralatan (sepatu, raket dan tas), uang turnamen dan uang saku. Sedangkan yang sudah diterima adalah fasilitas sekolah dan akomodasi (penginapan dan makan). "Saya dulu bersedia gabung Pusdiklat karena dijanjikan semua fasilitas akan disediakan gratis. Pendek kata, saya hanya fokus sekolah dan latihan," kata salah satu petenis Pusdiklat SG, Ibrahim Unggulaga. Sejak program Pusdiklat kerja sama SG dengan Pelti Jatim dimulai awal Agustus 2011, Unggulaga mengaku program latihannya belum maksimal, karena kendala lapangan. Dari lima lapangan yang terdapat di kompleks kantor PT Semen Gresik, tiga lapangan sering digunakan para pegawai perusahaan itu, sehingga atlet Pusdiklat hanya kebagian dua lapangan. "Dengan atlet yang jumlahnya 15 orang, latihan menjadi tidak maksimal. Selain itu, beberapa petenis juga kesulitan mendapatkan lawan tanding seimbang," tambah Unggulaga. Petenis yang akrab disapa Aga itu berancang-ancang mengundurkan diri dari Pusdiklat, apabila tidak ada perbaikan dari pengelola maupun Pelti Jatim. Pernyataan senada juga diungkapkan dua petenis putri lainnya, Tea Indi dan Dyah Mustika Pratiwi. Bahkan, keduanya mengisyaratkan untuk mengikuti jejak Aga mundur dari Pusdiklat. "Apa yang dikatakan Aga memang betul. Kami sudah telanjur senang sewaktu direkrut masuk Pusdiklat, tapi ternyata tidak sesuai harapan," kata Tiwi, panggilan Dyah Mustika Pratiwi. Pusdiklat SG merupakan program kerja sama PT Semen Gresik dengan Pelti Jatim untuk pembinaan atlet tenis masa depan Jatim, termasuk petenis proyeksi PON 2012. Untuk Pusdiklat tersebut, PT Semen Gresik mengalokasikan dana sekitar Rp622 juta pada 2011 melalui program "Corporate Social Responsibilty" (CSR). Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Umum Pengprov Pelti Jatim Irmantara Subagio mengatakan, pihaknya pernah mendapatkan keluhan dari sejumlah petenis mengenai masalah itu, tetapi tidak ada yang sampai memilih mundur. "Mereka memang mengeluh, tapi tidak sampai mau mundur dari Pusdiklat. Kami akan segera berkoordinasi dengan pengelola Pusdiklat untuk menyelesaikan masalah ini," katanya. Pelatih Pusdiklat Semen Gresik, Sungkono, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kesepakatan yang dilakukan atlet dengan pengelola maupun Pelti Jatim, karena hanya diminta untuk melatih. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011