Guru Besar Bidang Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya (UB) Malang Jawa Timur, Prof Sukir Maryanto mengusulkan adanya kurikulum terkait kebencanaan sebagai muatan lokal di sekolah.

"Kurikulum Kebencanaan ini bisa diterapkan mulai dari jenjang pendidikan TK sebagai upaya menumbuhkan kesadaran akan kebencanaan sejak usia dini," kata Prof Sukir di sela Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) bersama pakar Universitas Brawijaya (UB) di Agro Technopark UB di Cangar, Jumat.

Menurut dia, Kurikulum Kebencanaan tersebut, secara umum dapat diterapkan di Tanah Air, namun tetap harus ada yang spesifik dan menyesuaikan kondisi wilayah masing-masing sebagai upaya memitigasi bencana sejak dini.

Ia mengakui kesadaran masyarakat akan kebencanaan masih sangat minim, sehingga perlu disosialisasikan dan dikenalkan kepada anak sejak usia dini. "Padahal wilayah kita dikelilingi gunung berapi dan potensi bencana lainnya, seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi," katanya.

Peraturan (Undang-undang) terkait kebencanaan, katanya, baru ada pada 2007, yakni UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. "Artinya, kita baru memulai mitigasi dan penanggulangan bencana secara detail dan ada payung hukumnya sebagai acuan pada tahun 2027," tuturnya.

Menurut Prof Sukir, pendidikan karakter kebencanaan sangat penting bagi anak usia dini. Pendidikan ini bisa meningkatkan kesadaran sejak dini.

Ia mengatakan kurikulum dan pendidikan kebencanaan bisa mengadopsi pendidikan karakter kebencanaan dari program di Jepang, yaitu town dan school watching.

"Hal ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran anak didik mulai dari kecil agar sadar bencana. Ketika sadar bencana dimulai dari pendidikan TK dan SD, itu akan menjadi budaya," kata Prof Sukir.

Karena penerapan pendidikan karakter kebencanaan tersebut, lanjutnya, siswa TK di Jepang sudah sadar bencana. Ketika ada bencana, siswa TK sudah paham apa yang harus dilakukan.

Oleh karena itu, Prof Sukir menyarankan sekolah di Indonesia membuat dan menerapkan Kurikulum Kebencanaan.

Ia mengaku sudah mengusulkan ke pemerintah, namun belum ada pembahasan terkait Kurikulum Kebencanaan tersebut.

"Kalau mitigasi bencana kita sudah ada dan sudah diterapkan. Ini penting bagi masyarakat, karena kondisi alam kita dikelilingi gunung berapi. Paling tidak masyarakat memitigasi secara mandiri dan anak-anak juga paham apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana," katanya.
 

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023