Young Buddhist Association Indonesia (YBAI) menilai film dokumenter berjudul "Unearthing Muarajambi Temples" yang disutradarai oleh Nia Dinata memperkuat toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Ketua Harian YBA Indonesia Anthony Orodiputro dalam keterangannya di Surabaya, Jumat, menyampaikan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek) dan Kalyana Shira Foundation yang telah membuat film tersebut.
"Dengan adanya film itu, akhirnya sejarah agama Buddha di Bumi Nusantara ini mampu dimengerti dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh penonton, khususnya para pemuda-pemudi," katanya.
Menurutnya, tidak hanya Umat Buddha yang mendapatkan banyak manfaat melalui film ini, tetapi semua umat beragama merasakan manfaat dalam merajut semangat toleransi.
Sutradara film Unearthing Muarajambi Temples Nia Dinata mengatakan pesan penting yang ingin ditularkan adalah pesan merajut toleransi.
Ia juga berharap toleransi itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya dengan banyak bergaul dengan orang lain, mengeksplorasi saudara yang berbeda agama, berbeda tingkat ekonomi dan sosialnya. Dengan cara itu, pasti akan banyak pelajaran yang dapat diambil dalam membina hubungan dan relasi itu.
"Jadi, kenalilah Indonesia seutuhnya, kenalilah Muara Jambi. Kita harus benar-benar mengaplikasikan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Sementara itu, Olga Lydia mengaku kaget setelah mendengar cerita bahwa Muara Jambi lebih besar dan lebih luas dibanding Candi Borobudur.
Setelah melihat film ini, ia merasa seluruh rakyat Indonesia harus tahu dan layak ikut berbangga karena memiliki Candi Muara Jambi.
"Saya juga sangat senang melihat antusiasme warga Surabaya ini yang penuh toleransi. Rasa toleransi ini harus terus ditularkan ke daerah lainnya di Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Ketua Harian YBA Indonesia Anthony Orodiputro dalam keterangannya di Surabaya, Jumat, menyampaikan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek) dan Kalyana Shira Foundation yang telah membuat film tersebut.
"Dengan adanya film itu, akhirnya sejarah agama Buddha di Bumi Nusantara ini mampu dimengerti dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh penonton, khususnya para pemuda-pemudi," katanya.
Menurutnya, tidak hanya Umat Buddha yang mendapatkan banyak manfaat melalui film ini, tetapi semua umat beragama merasakan manfaat dalam merajut semangat toleransi.
Sutradara film Unearthing Muarajambi Temples Nia Dinata mengatakan pesan penting yang ingin ditularkan adalah pesan merajut toleransi.
Ia juga berharap toleransi itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya dengan banyak bergaul dengan orang lain, mengeksplorasi saudara yang berbeda agama, berbeda tingkat ekonomi dan sosialnya. Dengan cara itu, pasti akan banyak pelajaran yang dapat diambil dalam membina hubungan dan relasi itu.
"Jadi, kenalilah Indonesia seutuhnya, kenalilah Muara Jambi. Kita harus benar-benar mengaplikasikan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Sementara itu, Olga Lydia mengaku kaget setelah mendengar cerita bahwa Muara Jambi lebih besar dan lebih luas dibanding Candi Borobudur.
Setelah melihat film ini, ia merasa seluruh rakyat Indonesia harus tahu dan layak ikut berbangga karena memiliki Candi Muara Jambi.
"Saya juga sangat senang melihat antusiasme warga Surabaya ini yang penuh toleransi. Rasa toleransi ini harus terus ditularkan ke daerah lainnya di Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023