Banyuwangi - Warga suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, menggelar ritual selamatan "tumpeng sewu" (nasi yg dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut sebanyak seribu) di desa setempat, Kamis. Sesepuh adat Desa Kemiren Juhadi Timbul mengatakan ritual tumpeng sewu merupakan ritual turun temurun suku Osing di Desa Kemiren sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa selama satu tahun. "Tradisi tumpeng sewu juga dipercaya dapat menjauhkan warga desa dari malapetaka dan ritual itu sekaligus untuk menghormati datangnya bulan haji atau Dzulhijjah," tuturnya Menurut dia, acara selamatan tumpeng sewu merupakan adat bersih desa yang biasa digelar setiap bulan haji dan selalu dilakukan oleh warga Desa Kemiren. "Kalau ritual itu ditinggalkan, maka akan berdampak buruk kepada masyarakat Desa Kemiren, sehingga warga Osing menjaga tradisi itu hingga turun temurun," paparnya. Menurut cerita rakyat setempat, selamatan tumpeng sewu tersebut berawal dari cerita seseorang yang menjerit meminta tolong karena kesakitan dan warga yang mendengar jeritan tersebut spontan mencari orang yang minta tolong. Warga yang menjerit tersebut adalah Mbah Ramisin yang sedang kesurupan, kemudian Mbah Ramisin mengaku bahwa dirinya adalah Buyut Cili (tetua adat Desa Kemiren) yang meminta warga desa setempat melakukan selamatan satu tahun sekali. "Dalam acara selamatan itu, warga juga berdoa agar warga Desa Kemiren dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala," katanya menjelaskan. Sebelum acara selamatan digelar, warga Desa Kemiren biasanya melakukan ritual menjemur kasur secara massal pada siang hari karena dipercaya sumber penyakit berada di tempat tidur. "Warga Osing beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur, sehingga mereka menjemur kasur di halaman rumah masing-masing, agar terhindar dari segala jenis penyakit," katanya. Dalam acara tumpeng sewu tersebut, warga Osing setempat duduk lesehan di sepanjang jalan dengan mengunakan penerangan obor dan makanan yang dihidangkan berupa nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk khas suku Osing yakni pecel ayam.(*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011