Bojonegoro - Sedimen Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dikeruk sebanyak 300 ribu meter kubik, untuk meningkatkan daya tampung air pada musim hujan.
Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo, Hirnowo, Kamis menjelaskan, pelaksanaan pengerukan sedimen Waduk Pacal langsung ditangani Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, sejak 13 Oktober lalu.
Hanya saja, lanjutnya, dalam menampung sedimen, masih terganjal perizinan dari Kementerian Kehutanan. Rencananya, sedimen ditampung di kawasan hutan petak 60 dan 63 di Desa Celebung, Kecamatan Bubulan, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari lokasi pekerjaan.
"Dengan jarak sejauh itu, tidak ada masalah," katanya menjelaskan.
Menurut dia, pengajuan izin lokasi penampungan sedimen itu, sebelumnya sudah disetujui Perhutani Pusat yang selanjutnya diajukan kepada Kementerian Kehutanan untuk mendapatkan izin.
"Karena izin belum turun, sementara ini sedimen ditampung di kawasan sekitar perumahan di Waduk Pacal," katanya mengungkapkan.
Itupun, lanjutnya, juga mendapatkan protes dari jajaran Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, dengan alasan lokasi yang dimanfaatkan untuk menampung sedimen tersebut, juga di klaim masuk kawasan hutan.
Hirnowo mengaku, belum tahu pasti apakah pekerjaan pengerukan sedimen tersebut, bisa tepat waktu. Dari konfirmasi dengan kontraktor, pekerjaan pengerukan sedimen waduk, jadwalnya 47 hari, terhitung sejak 13 Oktober lalu.
"Paling tidak akhir November pekerjaan harus sudah rampung," ucapnya.
Secara teknis, menurut dia, pengerukan sedimen tersebut dilakukan di lokasi yang menjadi aliran masuknya air ke waduk setempat. Ini berdasarkan pengalaman sebelumnya, pernah terjadi air waduk tidak bisa dikeluarkan, akibat pintu pengeluaran tersumbat sedimen.
Ia menambahkan, sebelum pekerjaan pengerukan dimulai, air Waduk Pacal yang masih tersisa sekitar 2,5 juta meter kubik, dikeluarkan sebesar 2 juta meter kubik. AIr tersebut ditampung di dam Klepek, Kecamatan Sukosewu dan sejumlah tempat penampungan air lainnya, agar masih bisa dimanfaatkan petani.
"Air yang tersisa di waduk, berkisar 500 ribu meter kubik untuk pembasahan menjaga bangunan waduk," katanya menjelaskan.
Waduk Pacal pada awal dibangun Belanda pada 1933 tersebut, mampu menampung air hujan berkisar 42 juta meter kubik. Dalam perkembangannya, waduk yang memiliki daerah irigasi berkisar 16.000 hektare lebih itu, pada musim hujan hanya mampu menampung air berkisar 23 juta meter kubik. (*).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011