Peshawar (ANTARA/AFP) - Sedikitnya tiga prajurit dan 34 militan tewas Kamis dalam bentrokan di kawasan suku bergolak Pakistan, Khyber, di perbatasan dengan Afghanistan, kata sejumlah pejabat. Jumlah kematian itu disampaikan menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ke Pakistan untuk perundingan yang bertujuan menekan Islamabad agar berbuat lebih banyak untuk melenyapkan tempat-tempat persembunyian Taliban di perbatasan dengan Afghanistan. Bentrokan meletus ketika pasukan paramiliter Korps Perbatasan Pakistan (FC) melakukan operasi pencarian di daerah Malik din Khel di Khyber. Daerah Khyber yang strategis penting terletak antara Peshawar dan Afghanistan dan merupakan rute utama bagi perbekalan NATO yang menuju Afghanistan. Mutahir Zeb, pejabat tinggi pemerintah daerah Khyber, mengatakan, militan dari Lashkar-e-Islam terlibat dalam bentrokan itu. "Sedikitnya 34 militan dan tiga prajurit tewas selama pertempuran itu," kata pasukan paramiliter dalam sebuah pernyataan, yang tidak bisa dikonfirmasi secara independen karena daerah itu tertutup bagi wartawan dan pekerja bantuan. Lashkar-e-Islam adalah kelompok militan paling aktif di Khyber dan dipimpin oleh panglima perang Mangal Bagh yang ditakuti. Kelompok itu memiliki hubungan ideologi kendur dengan Taliban namun beroperasi secara independen. Serangan-serangan bom yang dituduhkan pada Taliban dan jaringan yang terkait dengan Al-Qaida yang bermarkas di kawasan suku baratlaut Pakistan menewaskan sekitar 4.700 orang sejak pasukan menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian kelompok garis keras di Islamabad pada 2007. Sekitar 3.000 prajurit Pakistan juga tewas dalam serangan-serangan sejak 2001, ketika negara itu bergabung dalam "perang melawan teror". Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan. Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaida melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan. Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam. Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara. Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaida dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak. AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi. Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan lebih dari 20 serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei. Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut. Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror. Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011