Madiun - Pemerintah Kabupaten Madiun melakukan studi banding atau belajar tentang pembudidayaan jamur tiram putih ke Kabupaten Sleman, DIY, menyusul potensi budi daya jamur tersebut yang mulai menunjukkan hasilnya. Kepala Bagian Humas Kabupaten Madiun Mardi'i, Kamis mengatakan, studi banding dilakukan di Omah Rojo Jamur, Dusun Cemoroharjo, Kelurahan Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. "Omah Rojo Jamur merupakan satu dari beberapa tempat usaha pembudiyaan jamur tiram putih yang cukup berhasil di Kabupaten Sleman. Studi banding tersebut dilakukan oleh badan terkait, seperti Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Bagian Humas, dan sejumlah petani jamur di Kabupaten Madiun," ujar Mardi'i kepada wartawan. Menurut dia, studi banding tersebut bertujuan memberi pencerahan kepada sejumlah petani jamur tiram di Kabupaten Madiun agar usaha serupa dapat dikembangkan dan ditingkatkan di wilayah itu. Studi banding tersebut, lanjut dia, juga merupakan salah satu cara untuk mendorong petani di Kabupaten Madiun mengembangkan budidaya jamur tiram. Sebab, usaha jamur tiram di Kabupaten Sleman tergolong bagus. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, jamur-jamuran sangat berpotensi dikembangkan di Sleman. Produksi terbanyak adalah jamur kuping, yakni mencapai 20 ton per bulan dan dikirim ke sejumlah wilayah seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Untuk jamur lainnya, yakni jamur tiram, merang, dan sintake, rata-rata produksi mencapai setengah ton per hari. "Jamur tiram juga berpotensi dikembangkan di Kabupaten Madiun. Hingga kini sejumlah wilayah yang telah mengembangkannya antara lain di kecamatan Sawahan, Jiwan, Madiun, Geger, dan Kebonsari," kata dia. Hanya saja, pihaknya mengakui terdapat kendala untuk membudidayakan jamur tiram di Madiun. Kendala itu adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Hal inilah yang membuat usaha budidaya jamur tiram mengalami bangkrut karena manajemen pascapanen masih minim. Dalam studi banding itu, petani diajarkan tentang cara pembibitan hingga bibit siap dibudidayakan dan dipanen. Petani juga diajarkan tentang tata cara pengelolaan pascapanen yang bisa menghasilan keuntungan hingga jutaan Rupiah. Salah satu pembudidaya jamur tiram putih di Desa Pucangrejo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Abraham, mengatakan, pihaknya memilih usaha jamur tiram karena tergiur dengan peluang keuntungan yang ada. "Usaha ini mulai saya geluti sejak tahun 2009. Dalam sehari saya bisa memanen tiga hingga lima kilogram jamur tiram segar dari sekitar 2.000 log jamur. Jumlah tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan pasar," ujar Abraham. Jamur-jamur tersebut selain dijual segar, juga dijual setelah diolah menjadi keripik jamur. Untuk jamur segar dijual seharga Rp8.000 per kilogram sedangkan keripik jamur dijual seharga Rp55.000 per kilogram. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011