Presiden Partama Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Bapak Proklamator Ir Soekarno pernah berkata beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia. Itulah petuah sang pendiri Bangsa yang masih terus relevan di masa sekarang ini.

Pemimpin muda tidak hanya disiapkan untuk mengganti kepemimpinan generasi tua, tapi kepemimpinan orang muda memiliki tanggung jawab besar mengantarkan perubahan bangsa ke gerbang kemajuan sebagaimana yang tertuang dalam tujuan nasional kita bernegara.

Di masa perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, memberikan peluang kepada anak muda untuk menjelma sebagai pemimpin muda yang menjanjikan harapan akan perubahan nasib bangsa yang lebih baik, di tengah praktik arus politik konsevatif yang dianut sebagian pelaku politik kita.

Salah satu yang menjadi ciri khas pemimpin muda adalah inovasi cara berkomunikasi, perubahan cara pandang jalannya pemerintahan, pemimpin muda tidak suka hal-hal yang membelenggu seperti praktek birokrasi yang berbelit, prosedural yang mengurangi kecepatan dalam penyelesaian problematika masyarakat yang muncul.

Soal kontribusi pemuda dalam babakan sejarah bangsa ini sudah tidak perlu diragukan lagi, bagaimana tahun 1928 jauh sebelum Indonesia merdeka pemuda pemudi kita sudah menciptakan konsensus kebangsaan yang bernama Soempah Pemoeda, Satoe Tanah Air, Satoe Bangsa, Satoe Bahasa INDONESIA. Dan banyak lagi peristiwa sejarah di masa lampau, seperti peristiwa Rengasdengklok dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan peran pemuda saat ini?

Partai Golkar yang lahir dan besar dari doa dan dukungan rakyat melihat pemimpin muda adalah aset dan investasi masa depan, di tengah kerinduan masyarakat akan birokrasi melayani, feodalisme pejabat menjadi sesuatu yang tidak disukai oleh masyarakat, sebagai Partai yang pernah memiliki tagline Suara Golkar Suara Rakyat, Partai Golkar adaptif terhadap perilaku masyarakat.

Oleh sebab itu, Partai Golkar sejak bertahun tahun yang lalu memberikan kesempatan kader mudanya untuk menjadi top level manajemen Partai, maupun mengkaryakan kader mudanya untuk melayani masyarakat di bidang pemerintahan. 

Sebut saja wakil walikota Gorontalo Ryan Kono yang ketika dilantik belum genap berusia 30 tahun, lalu Bupati Tuban yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Tuban Aditya Halindra yang ketika dilantik tepat berusia 31 tahun, Bupati Kendal Dico Mahtado Ganindito yang berusia 33 tahun.

Terbaru adalah Menteri Pemuda dan Olah raga Dito Ariotedjo yang berusia 32 tahun sudah berkarya menjadi pembantu Presiden di kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Makruf Amin.

Disamping itu sebagai bentuk keberpihakan terhadap potensi pemimpin muda di Kabupaten Kediri Partai Golkar juga menjadi bagian Partai Politik pengusung kader muda PDIP yang bernama Hanindhito Hermawan.

Munculnya pemimpin-pemimpin muda dalam panggung politik kita saat ini adalah fenomena yang menjawab tantangan kebutuhan zaman, ada kejenuhan sebagian masyarakat kita tentang kondisi sosial politik yang datar-datar saja, rakyat menginginkan kecepatan dalam pengambilan keputusan, rakyat menginginkan interaksi tanpa batas antara pemimpin dengan yang dipimpinnya, politik citra sudah tidak relevan lagi di kalangan pemilih muda, anak muda menginginkan situasi yang sesungguhnya, bukan kepura-puraan dengan bingkai politik poles yang marak di kurun waktu 2004-2019.

Sikap akomodatif Partai Golkar yang memberikan kesempatan anak muda untuk menjadi top level manajemen Partai dan top level manajemen pemerintahan inilah yang kemudian membuat Ketua Umum Partai Golkar DR Airlangga Hartarto mengorbankan kepentingan pribadinya dan lebih berpikir tentang kepentingan bangsa dan negara dengan memberikan kesempatan anak muda yang bernama Gibran Rakabuming Raka menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Letjen ( Purn) Prabowo Subianto untuk memenangkan hati rakyat Indonesia dalam pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Ini pasangan komplementer, gabungan harmoni kepemimpinan tua muda yang akan membawa Indonesia menuju gerbang kemakmuran, sehingga kita siap menyongsong Indonesia emas di 2045 mendatang.

Bagaimana dengan persepsi publik terkait pengalaman dan jam terbang (pengalaman)?

Mas Gibran meskipun pemimpin muda, dia telah belajar banyak dari bapaknya selama 9 tahun ini bagaimana menghadapi setiap dinamika pemerintahan, suka duka dilalui bersama. Tentu ada pengalaman empiris yang dipelajari oleh Mas Gibran dari sosok ayahnya baik melalui diskusi di meja makan maupun sambil liburan akhir pekan bersama. 

Ini proses pembelajaran yang mungkin tidak bisa dinikmati oleh semua anak muda di luar sana, karena kita tidak boleh iri Mas Gibran lahir dari rahim Ibu Iriana. Setidaknya satu hal yang pasti, munculnya Mas Gibran membawa semangat kepercayaan diri anak-anak muda di luar sana, bahwa zaman terus bergerak, anak muda membawa harapan baru perubahan bangsa. Maka siapapun anak muda yang memiliki tekad kuat untuk mengkaryakan hidupnya untuk bangsa dan negara pintu semakin terbuka lebar di masa saat ini tanpa perlu melakukan gerakan fundamental mengambil alih kepemimpinan dari generasi yang ada sekarang.

Jadi selamat memperingati Sumpah Pemuda, semoga pemuda pemudi Indonesia semakin bersemangat bahwa anak muda harus menjadi subjek di dalam politik. Jangan hanya menjadi obyek di kancah perpolitikan kita. Tanggung jawab anak muda saat ini adalah bagaimana membawa politik riang gembira, dan melawan segala bentuk distrupsi informasi yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa.

*) Penulis adalah Ketua DPD Partai Golkar Surabaya sekaligus Ketua Komisi A DPRD Surabaya

Pewarta: Arif Fathoni*)

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023