Pemerintah Kota Kediri mengapresiasi Cindy, seorang tutor program English Massive di kota ini yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa LPDP dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan pemkot memang mempunyai program English Massive, yang merupakan program belajar bahasa inggris secara gratis untuk warga. Kendati gratis, tutor yang terlibat berkualitas.

"Program ini bukan program main-main meskipun gratis. Kami desain sebaik mungkin untuk masyarakat Kota Kediri. Tutornya kami pilih yang berkualitas," katanya di Kediri, Senin.

Sementara itu, Cindy mengaku dirinya lolos seleksi beasiswa ini melalui jalur reguler non-LoA pada tahun 2022. Ia juga sudah lulus dari perguruan tinggi negeri di Kediri, tahun 2015.

Saat ini, ia telah menempuh pendidikan di University of Edinburgh, yang menjadi tujuannya saat mendaftar beasiswa.

Cindy mengatakan ada beberapa syarat yang harus dipenuhinya untuk bisa lolos beasiswa LPDP, yakni skor IELTS yang masih berlaku dengan skor keseluruhan minimal 6,5.

Untuk mendaftar di kampus University of Edinburgh overall 7 dan skor per skill 6,5. Lalu ada surat rekomendasi dari dosen atau atasan. Selanjutnya menulis esai tentang komitmen kembali ke Indonesia, rencana pascastudi, dan rencana kontribusi di Indonesia. Kemudian mengisi formulir pendaftaran di website LPDP dan IPK minimal 3,0 pada skala 4,0.

"Syarat mungkin berbeda tiap tahunnya jadi jika ingin mendaftar bisa langsung cek di website untuk melihat persyaratan terbaru. Kebetulan untuk syarat LPDP tahun 2022 syarat-syarat tersebut yang harus saya penuhi," ujarnya.

Selain memenuhi beberapa syarat, Cindy menjelaskan ada beberapa tahap seleksi yang dilewatinya. Di LPDP ada tiga tahap seleksi untuk jalur rguler non-LoA, yaitu seleksi administrasi, seleksi bakat skolastik, dan yang terakhir seleksi substansi.

"Karena prosesnya memang panjang dan menyita banyak tenaga. Alhamdulillah selama proses pendaftaran dan seleksi beasiswa saya mendapatkan banyak sekali dukungan dan bantuan dari teman-teman saya. Itu penting sekali bagi saya," kata dia.

Ia pun mengatakan saat menjalani studi di University of Edinburgh harus menjalani beberapa adaptasi. Hal yang paling membuatnya kaget saat pertama adalah perbedaan cuaca.

Cindy juga menambahkan untuk sistem perkuliahan di Edinburgh sangat berbeda sekali dengan pengalaman saat belajar S-1 di Indonesia.

"Jadi di sini sekadar datang di kelas saja tidak cukup. Mahasiswa harus bisa membagi waktu dan prioritas untuk belajar secara mandiri. Karena kalau tidak jelas tidak akan bisa," kata dia.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023