Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya menggencarkan patroli rutin ke seluruh wilayah di kota setempat untuk melakukan pengawasan dan antisipasi kejadian kebakaran di lahan terbuka saat kemarau.
"Tugas teman-teman yang di pos mereka melakukan patroli di lahan-lahan terbuka yang sering terjadi kebakaran, itu untuk petugas," kata Kepala DPKP Dedik Irianto kepada ANTARA saat dihubungi melalui telepon, Jumat.
Berdasarkan data DPKP setempat tercatat jumlah kebakaran di Kota Surabaya hingga Agustus 2023 sebanyak 315 kasus dan 244 kasus merupakan kategori non bangunan.
Ratusan kasus kebakaran pada kategori tersebut penyebabnya didominasi terbakarnya lahan kosong yang terdapat ilalang dengan jumlah 106 kejadian.
Dia menyebut terbakarnya lahan terbuka bisa dikarenakan dua hal, yakni faktor alam atau panas matahari dan aktivitas pembakaran sampah oleh masyarakat. Selain itu bisa disebabkan karena puntung rokok yang dibuang sembarangan.
"Kondisi saat ini bukan hanya panas tetapi anginnya kencang, sehingga dikhawatirkan kalau membakar sampah di lahan terbuka bisa merambat ke objek lain di sekitarnya. Hari ini kurang lebih tiga kejadian tetapi lahan, sampah dibakar," ucapnya.
Baca juga: Senin ini Surabaya berpeluang cerah berawan
Oleh karenanya, Dedik mengingatkan agar masyarakat lebih meningkatkan kesadaran pada dampak dari aktivitas yang dilakukannya, seperti membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) ketimbang melakukan pembakaran dan tidak merokok di sembarang tempat.
"Buang sampah di TPS di sana juga ada petugasnya, sampahnya ditaruh di sana nanti diambil petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Kalau soal rokok, ketika akan membuang puntungnya pastikan sudah tidak ada api," ujarnya.
"Membakar lahan terbuka pun menurut undang-undang lingkungan juga tidak dibenarkan," imbuhnya.
Sementara, dia menyebut proses pemadaman kebakaran di lahan terbuka juga menghadirkan banyak tantangan, tak jarang perlengkapan penanganan api milik petugas mengalami kerusakan.
Selain itu faktor angin juga berpengaruh pada proses penanganan kasus sehingga api bisa tumbuh lebih cepat.
"Kalau belum meluas penanganan masih mudah ditangani, tetapi kalau apinya sudah meluas ke area sekitar kami ngoyo. Kemudian kalau masuk ke area tengah di situ ada ranting yang terbakar dan jadi runcing, kalau selang tersangkut bisa robek," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Tugas teman-teman yang di pos mereka melakukan patroli di lahan-lahan terbuka yang sering terjadi kebakaran, itu untuk petugas," kata Kepala DPKP Dedik Irianto kepada ANTARA saat dihubungi melalui telepon, Jumat.
Berdasarkan data DPKP setempat tercatat jumlah kebakaran di Kota Surabaya hingga Agustus 2023 sebanyak 315 kasus dan 244 kasus merupakan kategori non bangunan.
Ratusan kasus kebakaran pada kategori tersebut penyebabnya didominasi terbakarnya lahan kosong yang terdapat ilalang dengan jumlah 106 kejadian.
Dia menyebut terbakarnya lahan terbuka bisa dikarenakan dua hal, yakni faktor alam atau panas matahari dan aktivitas pembakaran sampah oleh masyarakat. Selain itu bisa disebabkan karena puntung rokok yang dibuang sembarangan.
"Kondisi saat ini bukan hanya panas tetapi anginnya kencang, sehingga dikhawatirkan kalau membakar sampah di lahan terbuka bisa merambat ke objek lain di sekitarnya. Hari ini kurang lebih tiga kejadian tetapi lahan, sampah dibakar," ucapnya.
Baca juga: Senin ini Surabaya berpeluang cerah berawan
Oleh karenanya, Dedik mengingatkan agar masyarakat lebih meningkatkan kesadaran pada dampak dari aktivitas yang dilakukannya, seperti membuang sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) ketimbang melakukan pembakaran dan tidak merokok di sembarang tempat.
"Buang sampah di TPS di sana juga ada petugasnya, sampahnya ditaruh di sana nanti diambil petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Kalau soal rokok, ketika akan membuang puntungnya pastikan sudah tidak ada api," ujarnya.
"Membakar lahan terbuka pun menurut undang-undang lingkungan juga tidak dibenarkan," imbuhnya.
Sementara, dia menyebut proses pemadaman kebakaran di lahan terbuka juga menghadirkan banyak tantangan, tak jarang perlengkapan penanganan api milik petugas mengalami kerusakan.
Selain itu faktor angin juga berpengaruh pada proses penanganan kasus sehingga api bisa tumbuh lebih cepat.
"Kalau belum meluas penanganan masih mudah ditangani, tetapi kalau apinya sudah meluas ke area sekitar kami ngoyo. Kemudian kalau masuk ke area tengah di situ ada ranting yang terbakar dan jadi runcing, kalau selang tersangkut bisa robek," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023