Bondowoso- Kantin kejujuran di SMKN 2 Bondowoso, Jatim, yang didirikan sejak Januari 2010 hingga kini tetap eksis, padahal di sejumlah sekolah lain sudah banyak yang bangkrut. "Alhamdulillah sampai sekarang masih tetap berjalan meskipun perjalanannya tidak selalu mulus seperti yang diharapkan," kata Koordinator Pelaksana Kantin Kejujuran SMKN 2 Bondowoso Dyah Rembulan Sari di Bondowoso, Rabu. Ia menjelaskan, saat ini 90 persen lebih dari modal di kantin tersebut tetap berjalan. Kantin tersebut diakui tidak bisa meraup untung karena memang tidak berorientasi pada laba, melainkan penanaman sikap jujur kepada siswa. "Modal yang 10 persen ada pada biaya perawatan dan kerusakan barang yang tidak bisa ditukar. Selain itu, harga yang kami jual adalah harga neto. Misalnya harga teh botol yang diluar dijual Rp2.500, di sini kami jual Rp1.500," kata pembina OSIS yang juga guru PPKN tersebut. Menurut dia, pada awal-awal didirikan, kantin tersebut boleh dikata tidak pernah ada barang atau uang yang hilang. Namun pada semester II 2010 kantin tersebut sempat mengalami kerugian hingga mencapai sekitar Rp300 ribu karena ada siswa yang curang. "Kami kemudian melakukan pemantauan terhadap perilaku siswa yang dicurigai. Saat itu siswa tersebut kami tegur dengan cara baik-baik. Kami tanya apa yang dia lakukan. Ketika siswa itu menjawab bahwa dirinya membayar, saya puji dia, tidak justru saya tuduh," ucapnya. Ia mengemukakan bahwa tuduhan dan vonis pada siswa dikhawatirkan justru tidak akan bisa menanamkan sikap jujur karena siswa tersebut akan mengalami tekanan psikologis. Sementara secara umum, Dyah mengemukakan bahwa para siswanya sudah berlaku jujur. Seluruh guru berperan untuk menanamkan sikap jujur sebagai sikap nomor satu kepada para siswa. "Kami seluruh guru menekankan pada siswa bahwa mereka boleh salah, tapi tidak boleh kehilangan sikap jujur. Seringkali orang atau siswa memilih tidak jujur untuk menutupi kesalahan itu karena takut. Padahal seberat apapun kesalahan, kalau kita jujur, pasti akan dimaafkan," tuturnya. Ia memberi contoh bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah diminta agar menceritakan alasan yang sebenarnya. Para siswa berani bercerita apa adanya atas keterlambatan itu karena para guru tidak langsung memarahi mereka. Menurut dia, sebetulnya anak yang mencuri itu bukan karena tidak punya uang, tapi memang karena jahil. "Tapi syukur sekarang sudah tidak ada lagi. Meskipun demikian, kami tidak bisa menjamin bahwa seluruh siswa di sini jujur 100 persen. Kami bersyukur karena di tempat lain kabarnya kantin kejujuran banyak yang sudah tutup," katanya. Sementara Geovani VD, siswa kelas III yang pernah menjadi pengurus kantin kejujuran di SMKN 2 Bondowoso mengemukakan bahwa dirinya memiliki banyak pengalaman mengelola kantin tersebut. "Selain itu, keberadaan kantin semakin meneguhkan sikap kita akan arti kejujuran yang telah ditanamkan di keluarga. Menurut saya kejujuran itu memang perlu ditanamkan sejak kecil di keluarga," katanya.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011