Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berkomitmen dalam mendukung pelestarian budaya, salah satunya Kebo-keboan Alas Malang karena menjadi budaya agraris di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, pihaknya akan terus memberikan fasilitasi dan bantuan untuk melestarikan budaya Kebo-keboan Alas Malang, Kecamatan Singojuruh.
"Budaya adalah identitas kami sebagai bangsa. Jika tidak menjaga budaya kita, maka kita akan kehilangan jati diri kita," ujarnya saat menghadiri ritual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Minggu.
Menurut Bupati Ipuk, ritual ada Kebo-keboan ini merupakan ikhtiar masyarakat Desa Alas Malang kepada Tuhan agar diberikan panen yang baik dan melimpah.
"Ini adalah bentuk syukur dan doa kepada Sang Pencipta. Semoga Alas Malang dan Banyuwangi selalu diberkahi dengan kemakmuran dan kesejahteraan," tuturnya.
"Ini adalah salah satu warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan. Saya salut dengan masyarakat Alas Malang yang tetap menjaga tradisi ini," kata Ipuk menambahkan.
Ritual adat Kebo-keboan ini ditandai dengan kenduri desa dan diakhiri dengan ritual ider bumi. Puluhan "kerbau" mengelilingi desa dengan arah empat penjuru arah mata angin.
"Kerbau" yang dimaksud bukanlah hewan ternak, melainkan warga desa yang menyerupai kerbau. Badannya dilumuri jelaga hingga hitam pekat seperti kerbau, di kepalanya juga mengenakan asesoris berbentuk tanduk dan gelang kerincing di tangan dan kakinya.
Mereka berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di perut mereka diikat tali seperti kerbau. Ritual ini merupakan simbolisasi penghormatan kepada leluhur dan alam agar panen melimpah.
Ritual Kebo-keboan Alas Malang menyedot ribuan masyarakat untuk menyaksikannya. Suasana meriah dan penuh kegembiraan terlihat di wajah para penonton maupun peserta ritual.
Tradisi Kebo-keboan sudah ada sejak abad ke-18 Masehi dan berasal dari kisah Buyut Karti, yang mendapat wangsit untuk menggelar upacara bersih desa dengan cara menjelma menjadi kerbau.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, pihaknya akan terus memberikan fasilitasi dan bantuan untuk melestarikan budaya Kebo-keboan Alas Malang, Kecamatan Singojuruh.
"Budaya adalah identitas kami sebagai bangsa. Jika tidak menjaga budaya kita, maka kita akan kehilangan jati diri kita," ujarnya saat menghadiri ritual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Minggu.
Menurut Bupati Ipuk, ritual ada Kebo-keboan ini merupakan ikhtiar masyarakat Desa Alas Malang kepada Tuhan agar diberikan panen yang baik dan melimpah.
"Ini adalah bentuk syukur dan doa kepada Sang Pencipta. Semoga Alas Malang dan Banyuwangi selalu diberkahi dengan kemakmuran dan kesejahteraan," tuturnya.
"Ini adalah salah satu warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan. Saya salut dengan masyarakat Alas Malang yang tetap menjaga tradisi ini," kata Ipuk menambahkan.
Ritual adat Kebo-keboan ini ditandai dengan kenduri desa dan diakhiri dengan ritual ider bumi. Puluhan "kerbau" mengelilingi desa dengan arah empat penjuru arah mata angin.
"Kerbau" yang dimaksud bukanlah hewan ternak, melainkan warga desa yang menyerupai kerbau. Badannya dilumuri jelaga hingga hitam pekat seperti kerbau, di kepalanya juga mengenakan asesoris berbentuk tanduk dan gelang kerincing di tangan dan kakinya.
Mereka berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di perut mereka diikat tali seperti kerbau. Ritual ini merupakan simbolisasi penghormatan kepada leluhur dan alam agar panen melimpah.
Ritual Kebo-keboan Alas Malang menyedot ribuan masyarakat untuk menyaksikannya. Suasana meriah dan penuh kegembiraan terlihat di wajah para penonton maupun peserta ritual.
Tradisi Kebo-keboan sudah ada sejak abad ke-18 Masehi dan berasal dari kisah Buyut Karti, yang mendapat wangsit untuk menggelar upacara bersih desa dengan cara menjelma menjadi kerbau.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023