Malang - Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang dibangun Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bakal menjadi andalan untuk menerangi dusun-dusun gelap di wilayah itu. Menandai dimulainya pembangunan PLTMH tahap awal di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, dilakukan peletakan batu pertama oleh Rektor UMM Dr Muhajir Effendi dan Camat Pagelaran Eko Waluyo, Sabtu. "Pembangunan PLTMH yang bekerja sama dengan Badan Peneglola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (BPSABS) dengan dana bantuan dari Australian Partnership serta Bank dunia ini diperkirakan membutuhkan waktu hingga empat bulan ke depan," kata Rektor UMM Muhajir Effendi. Ia mengemukakan, proyek tersebut diperkirakan akan menghabiskan angagran sekitar Rp408 juta. Selain di Dusun Sumbermaron, Karangsuko, sebelumnya UMM juga telah membangun PLTMH di Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis. PLTMH di Karangsuko, Pagelaran itu memanfaatkan sumber air Sumbermaron yang dinilai mampu menggerakkan turbin untuk penerangan listrik. Sementara Dekan Fakultas Teknik (FT) UMM Sudarman, menjelaskan, PLTMH yang dibangun di Desa Karangsuko tersebut menghasilkan energi listrik hingga 35 KWA. Menurut dia, selama ini warga Karangsuko mengandalkan penerangannya dari aliran listrik PLN termasuk untuk kebutuhan air bersihnya. Biaya untuk membayar listrik tersebut rata-rata mencapai Rp8 juta hingga Rp10 juta, bahkan diperkirakan akan terus bertambah. "Kami berharap pembangunan PLTMH ini, nanti UMM akan membantu pembangunan PLTMH selanjutnya untuk penerangan desa. Dan, kita memang fokus untuk mengembangkan energi alternatif terutama di daerah-daerah yang sampai sekarang belum terjangkau oleh penerangan listrik," katanya. Sebelumnya Kepala Dinas ESDM Kabupaten Malang Budi Iswoyo mengatakan, di daerah itu masih ada puluhan dusun yang gelap atau tanpa penerangan listrik. Dalam waktu dekat ini akan dibangunkan PLTMH, dengan catatan dusun itu punya aliran sungai yang mampu menggerakkan turbin. Pengelola air Sumbermaron yang dibantu oleh Bank Dunia lewat program Water Sanitation Low Income Communities (WSLIC) selama ini mengeluarkan anggaran rata-rata sebesar Rp8 juta untuk energi pompa air (listrik) agar seluruh warga teraliri air bersih. Pelanggan yang memanfaatkan Sumbermaron sebanyak 1.024 kepala keluarga (KK) di dua kecamatan, yakni Pagelaran dan Gondanglegi. Pendapatan dari pengelolaan itu rata-rata mencapai Rp14 juta-Rp15 juta/bulan dengan nilai tunggakan pelanggan antara Rp2,2 juta-Rp3,6 juta. Hasil pendapatan dari pelanggan tersebut selain untuk membayar listrik pembangkit pompa air sebesar Rp8 juta, juga untuk kebutuhan operasional lainnya dan pemeliharaan.

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011